artikel santriBeritaHeadlinetokoh muslim

Sejarah Resolusi Jihad Para Santri

Tokoh ulama pemikir dan pejuang kemerdekaan republik indonesia yang digelari sebagai pahlawan nasional, lahir pada 4 Robiulawwal 1292 H /10 April 1875, di Jombang, Jawa Timur. Beliau adalah KH. Hasyim Asy’ari Beliau merupakan pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang sekaligus Ayah dari mantan presiden RI ke-4 yaitu KH.Wahid Hasyim. KH Hasyim Asy’ari yang mendapatkan gelar Hadhratusy Syeikh dari kalangan ulama, beliau memiliki kontribusi yang tidak kecil sejak sebelum Indonesia merdeka hingga saat mempertahankan kemerdekaan. Kyai Hasyim menjadi tokoh yang ditakuti pihak penjajah. Keberadaannya ditakuti Belanda dan Jepang karena memiliki pengaruh yang besar. KH Hasyim Asy’ari mencetuskan resolusi jihad, 22 Oktober 1945. Yang berbunyi, sebagai berikut:

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Supaya mengambil tindakan yang sepadan 

Resolusi wakil-wakil daerah Nahdlatul Ulama seluruh Jawa dan Madura 

Bismillahirrahmanirrahim

Resolusi: Rapat besar wakil-wakil daerah (konsul-konsul) Perhimpunan Nahdlatoel Oelama seluruh Djawa- Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Surabaja. 

Mendengar: 

Bahwa di tiap-tiap daerah di seluruh Djawa-Madura ternyata betapa besarnya hasrat umat Islam dan alim ulama di tempatnya masing-masing untuk mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MERDEKA. 

Menimbang: 

  1. bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum agama Islam, termasuk sebagai satu kewadjiban bagi tiap-tiap orang Islam.
  2. Bahwa di Indonesia ini warga Negaranya adalah sebagian besar terdiri dari ummat Islam.

Mengingat: 

  1. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dan Jepang yang datang dan berada di sini telah banyak sekali dijalankan kejahatan dan kekejaman jang mengganggu ketenteraman umum.
  2. Bahwa semua jang dilakukan oleh mereka itu dengan maksud melanggar kedaulatan Negara Republik Indonesia dan agama, dan ingin kembali menjajah di sini maka di beberapa tempat telah terjadi pertempuran yang mengorbankan beberapa banyak jiwa manusia.
  3. bahwa pertempuran-pertempuran itu sebagian besar telah dilakukan oleh umat Islam yang merasa wajib menurut hukum agamanya untuk mempertahankan kemerdekaan negara dan agamanya.
  4. Bahwa di dalam menghadapi sekalian kejadian-kejadian itu perlu mendapat perintah dan tuntunan yang nyata dari Pemerintah Republik Indonesia yang sesuai dengan kejadian-kejadian tersebut.

Memutuskan:

  1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sebadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan dan agama dan negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda dan kaki-tangannya.
  2. Supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia merdeka dan agama Islam.

Surabaya, 22-10-1945

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

 Fatwa resolusi jihad itu dikeluarkan sebagai respons atas rencana kedatangan tentara Belanda yang bermaksud merebut kemerdekaan Indonesia. Setelah keluarnya fatwa resolusi jihad, perlawanan terhadap Belanda muncul dari berbagai daerah. Salah satunya, perlawanan heroik dari arek-arek Suroboyo pada 10 November 1945. KH Hasyim Asy’ari wafat pada 25 Juli 1947. Jenazahnya dikebumikan di Pesantren Tebuireng Jombang. Atas jasnya semasa hidup terhadap negara, Kiai Hasyim ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 17 November 1964.

Kemerdekaan tak hanya diraih oleh para ulama, namun juga tak lepas dari perjuangan para santri yang sangat luar biasa.

Santri juga mempunyai peran penting dalam merebut kemerdekaan Negara Indonesia, terlebih saat ikut perang melawan sekutu pada 10 November di Surabaya.

Melalui Kyai agung KH. Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan fatwa jihad, tepatnya pada 17 September 1945. Semangat para Santri dalam perang meraih kemerdekaan Indonesia semakin kuat.
Fatwa ini antara lain berbunyi:
1)      Hukumnya memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardlu’ainbagi tiap-tiap orang Islam;
2)      Hukumnya orang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta kompotannya adalah mati syahid;
3)      Hukumnya orang yang memecah persatuan kita sekarang ini adalah wajib dibunuh.

Tak lepas dari semua itu gemuruh takbir yang selalu dikumandangkanuntuk mengiringi pidato Bung Karno pun turut serta mengobarkan semangat para santri

Salah satu pidato Bung Tomo:
“…Ribuan rakyat yang kelaparan, telanjang, dan  dihina oleh kolonialis, akan menjalankan revolusi ini. Kita kaum ekstermis. Kita yang memberontak dengan penuh semangat revousi, bersama dengan rakyat Indonesia, yang pernah ditindas oleh penjajahan, lebih senang melihat Indonesia banjir darah dan tenggelam ke dasar samudera daripada dijajah sekali lagi. Tuhan akan melindungi kita. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!…”


Kenyataanya, Resolusi Jihad menjadi tolok ukur spiritual bagi para pemuda pejuang bukan hanya di Surabaya, melainkan di wilayah Jawa dan Madura. Rakyat Surabaya yang telah diultimatum Inggris, nyatanya malah menunggu pecahnya pertempuran tersebut.


Dibarengi dengan kesatuan para santri yang serentak berbondong-bondong ke Surabaya. Ultimatum tersebut sama sekali tidak meruntuhkan mental para pejuang dan rakyat Surabaya. Malam tanggal 9 November hingga dini hari 10 November tidak ada satupun penduduk kota Surabaya yang tidur. Semua memasang barikade penutup jalan untuk menghambat gerakan musuh.


Namun, di tengah ketegangan malam itu, ratusan pejuang berkumpul di Kampung Baluran Gang V. Mereka antre bergantian menunggu pemberian air yang telah didoakan oleh ulama yang berasal dari Bantenlira, KH. Abbas Djamil. Para santri juga menjadi garda depan dalam pertempuran 10 november tersebut

Prediksi Inggris melenceng  jauh, dukungan logistik yang melimpah, dan ribuan serdadu ternyata kesulitan menaklukan Surabaya. Prediksi Surabaya dapat dikuasai dalam waktu 3 hari, ternyata pontang-panting Inggris baru bisa menerobos masuk setelah kurang lebih 100 hari pertempuran. Jelas,betapa mengerikannya keadaan dalam pertempuran tersebut, jauh dari yang dibayangkan pihak Sekutu. Para santri Surabaya menjadi sangat brutal dan ganas dengan pekikan Allahu Akbar.


Persatuan pemuda ini tidak dapat dilepaskan akibat adanya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Demikian sejarah kemerdekaan Indonesia yang mustahil terlepas dari peranan para ulama dan santri.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button