Santri Menulis

Manfaat Dzikir Dalam Kehidupan

Oleh : M. Misbakhuddin Chamami Zada

Semua manusia ingin hidup bahagia mencapai kesempurnaan, tetapi kita harus sadar bahwa kesempurnaan yang hakiki hanya milik Allah SWT. Manusia memiliki beragam potensi dan bakat yang implementasinya adalah untuk saling melengkapi guna menuju kesempurnaan. Salah satu metode Islam dalam membentuk kesempurnaan hidup adalah dengan cara zdikir.

فاذكروني اذكركم واشكرولي ولاتكفرون

“Karena itu, maka ingatlah kalian kepadaku maka aku akan menjagamu dan bersyukurlah kepadaku dan jangan jangan kamu berbuat kufur”

Menurut Drs. Quraisy Syihab dalam khazanahnya yang berjudul “Tasawwuf Sebagai Kritik Sosial / tasawuf as critic social.” Memaparkan bahwa ayat tersebut sering sekali dikutip namun dalam pengamalannya agak susah. Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa alam setiap tarikan nafas dan kesadaran manusia seyogyanya selalu menempatkan Allah SWT sebagai pelabuhan terakhir. Artinya manusia dapat mengingat Allah SWT dimana saja dan kapan saja selama ia masih berada di atas bumi Allah.

اتّقواالله حيثما كنت

Kita sendiri sering melihat bermacam-macam ekspresi manusia dalam mengingat Allah, ada yang menangis, berdiam diri, menyanyi, menari dan ada pula yang melalui bertutur kata.

Dalam konteks zdikrullah ini, umat Islam tidak lepas dari 3 hal yaitu do’a, wirid dan zdikir.

Do’a adalah permintaan atau permohonan sesuatu kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akherat .

Wirid adalah bacaan-bacaan tertentu untuk mendapatkan aliran barokah dari Allah, dan

Dzikir adalah segala gerak gerik dan aktifitas yang berobsesi pada kedekatan/taqorrub kepada Allah.

Melafadkan / melafalkan kata-kata tertentu yang mengandung unsur ingat kepada Allah juga termasuk zdikir.

Dzikir sangat penting karena dalam pandangan kesufian ia merupakan langkah pertama cinta kepada Alloh. Dzikir merupakan bentuk komitmen dan kontinyuitas untuk meninggalkan kondisi lupa kepada Allah. Dzikir ditujukan untuk memasuki wilayah musyahadah (persaksian) dan untuk mengalahkan rasa takut bersamaan dengan rasa kecintaan yang mendalam. Dzikir dapat juga dimaknai dalam pengertian “berlindung kepada Allah”. Dapat juga dikatakan dzikir adalah upaya mengingat  Allah yang dapat dilakukan dengan diam-diam atau bersuara.

Ada dua macam zdikir

1) ذكر باللسان yaitu mengucapkan sejumlah lafadz yang dapat menggerakkan hati untuk mengingat Alloh. Dzikir dengan pola ini dapat dilakukan pada saat-saat tertentu dan tempat-tempat tertentu pula misal dzikir di masjid sehabis sholat maktubah , atau semacam tahlilan dan lain sebagainya.

2) ذكربالقلب  yaitu keterjagaan hati untuk selalu mengingat Alloh, zdikir ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak ada batasan ruang maupun waktu. Pelaku ahli sufi lebih mengistimewakan dzikir dengan macam ini. Karena implikasinya yang hakiki, meskipun demikian sang dzakir (orang yang berdzikir) dapat mencapai kesempurnaan apabila ia mampu berdzikir dengan lisan sekaligus dengan hatinya

واذكر الله لعلّكم تفلحون

Pada tahap awal pengucapan dzikir memang terasa sebatas lisan, ini bukanlah  suatu yang buruk , hanya saja seorang perlu meningkatkan kualitas dzikirnya hingga benar-benar mengantarkanya pada kondisi musyahadah atas kesucian dan keagungan Allah SWT. Kontinyuitas dzikir mampu membawa  manusia pada satu tahapan yang didalamnya persaksian terhadap Allah, memenuhi wilayah qolbi. Pada tahap ini dzikir tidak lagi berada diwilayah kesadaran tetapi juga masuk pada wilayah ketidaksadaran, proses dzikir pun berjalan dikala terjaga (sadar), tidur, pingsan, mati suri, bahkan pada saat sakarotulmaut saat menghadapi kematian.

Dengan demikian orientasi dzikir adalah pada penataan  hati atau qolbu. Qolbu atau hati memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena baik atau buruknya aktivitas manusia sangat bergantung pada kondisi hati.

Konsepsi zdikir yang telah tersebut diatas menunjukan bahwa dzikir merupakan pelatihan hati untuk bermusyahadah kepada Alloh. Musyahadah akan membawa manusia kedalam makna dan nilai kehidupan. Hilangnya musyahadah akan membawa manusia kedalam krisis, mulai dari krisis social, krisis structural, hingga krisis moral.

Di sinilah peran dzikir yaitu memacu manusia untuk bertindak berdasarkan kemanfaatan dan kemaslahatan.

Abu Ma’ruf al Karkhi seorang ulama sufi mengatakan bahwa hidup yang hakiki adalah kepedulian terhadap yang hakiki  dan berpaling dari kepalsuan, jika demikian segala rupa tindakan lahir membutuhkan kejujuran, profesionalisme, serta berorentasi pada kemaslahatan umat manusia.

Dalam konteks ini, kita bisa melihat sosok pribadi  sempurna seperti Umar bin Abdul Aziz yang layak disebut sufi dan sekaligus pemimpin Negara (kholifah) yang berkualitas dan berhasil menjadikan kekuasaanya lebih bermakna bagi kehidupan masyarakatnya, contoh lain jabir Ibnu Hayyan seorang sufi sekaligus ilmuan. Fariduddin Al Atthor seorang sufi dan juga pengusaha. Artinya semua ini apa? Bahwasanya kesufian seseorang tidaklah menghalangi aktifitas sehari-harinya sebagai manusia biasa yang membutuhkan pemenuhan hidup dan perjuangan membangun cita-cita manusia, baik itu menjadi presiden, duduk di parlemen, pemborong, pembisnis, karyawan dan sebagainya.

Kenyataan ini bukanlah suatu yang ganjil sepanjang manusia mampu menjaga jarak keseimbangan antara ilmu, amal dan kebersihan batin(تصوية القلب) sebagaimana yang ditegaskan dalam Al qur’an

وليعلم اللذين اوتوا العلم انه الحق من ربك فيؤمنون به فتحبت له قلوبهم،وان الله لهاد اللذين امنوا الى صراط مستقيم

“Dan agar orang-orang yang diberi ilmu meyakini bahwa sanya Al qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan mereka tunduk hati kepadaNya. Dan sesungguhnya Alloh adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus” (QS. Al Hajj : 53))

Walhasil , dzikir dapat membimbing seseorang untuk beraktifitas dengan hatinya, dzikir akan mempersembahkan hati manusia sebagai tempat suci yang didalamnya alam semesta menjelma sebagai bukti-bukti kehadiran Allah, kapan saja dan dimana saja. wallohu a’lam

* Alumni PP. Al-Hikmah 2, tinggal di Brebes

.

Pondok Pesantren Al -Hikmah 2

Pondok Pesantren Al Hikmah 2 berlokasi di dusun Benda Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Membuka beragam unit Pendidikan mulai dari tingkat TK, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, MMA, Ma'had Aly, STAIA, AKPER serta Tahfidzul Qur'an. Informasi Lebih Lanjut, Hubungi Kami di (0289) 511 0772 / 432 445

Related Articles

4 Comments

  1. gni de….cra zdikir yang khusyuk adalah kita mmpu mndtngkn sifat khudur trhdp Alloh lbh hematnya hati dan pkrn kita hanya fokus terhdp pnghayatan kekuasaan Alloh.ya….mga kita bisa mlkkan smua itu, mslhnya sulit jg sie….thanks 4 u’r comment

  2. dalam argumen saya,dzikir tak cukup hanya melafalkan bacaan2 asma dan keagungan Allah semata,akan tetapi jauh lebih penting jika kiita mampu memahami dan menghayati apa yang kita ucapkan,mulai dari arti secara tekstual maupun secara kontekstual.jadi akan lebih baik jika kita mampu mengartikan secara luas dari kalimat dzikir tersebut. misalkan kita melafadzkan kalimat astagfirullah,terlebih dahulu kita memahami arti tekstual kalimat tersebut,kemudian kita memahami maksud dan tujuan kalimat tersebut,dalam hal ini lafadz astagfirullah memiliki arti saya memohon ampun kpada Allah atas segala dosa2 yang telah kita perbuat.kemudian jika kita memohon ampun kpd allah,maka pengertian berikutnya yang hrs kita pahami adalah unsur2/syarat2 yang terkait denga ampunan.jika kita berbicara tentang ampunan kepad Allah maka sbg konsekwensinya kita harus mampu menjadi orang yang yg bersih sehingga kita dituntut untuk bertaubat,jika kita ingin bertaubat maka konsekwensi berikutnya adalah kita hrs meninggalkan dosa2 yg telah kita perbuat sekaligus mengambil sikap komitmen untuk tidak mengulanginya,baik itu dosa yg bersifat vertikal (hablul minnannas) maupun secara horizontal (hablul minallah).begitu jg seterusnya dengan lafaldz dzikir yang lainnya.jika kita melafaldzkan kalimat la ila illa Alla,maka kita wajib mengaku bahwa tidak ada tuha selain Allah,dengan konsekwensi kita tdk akan menyembah selain Allah, sehingga dalam realita sosial kita tidak akan menyembah selain Allah,kita tdak akan takut selain kepada Allah,bukan uang bukan atasan, bukan pula orang kaya yang kita takuti,akan tetapi hanya Allah semata.jika kita melafaldzkan kalimat yaa Latife,maka kita harus mampu bersikap lemah lembut terhadap sesama makhluk Allah (tidak sbatas hanya kepada sesama manusia,tetapi makhluk Allah lainnya,termasuk hewan dan tumbuhan).jadi intinya dzikir itu menuntut adanya orientasi implementatif,terutama dalam aspek sosio religis. thanks.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button