artikel santriHeadlineSantri Menulis

Reinterpretasi ‘Jihad Santri, Jayakan Negeri’

Hari santri merupakan upaya memeringati momen resolusi jihad yang dimaklumatkan oleh Hadlrotusy Syaikh Hasyim Asy’ari tahun 1945. Dalam resolusi jihad Kyai Hasyim menyerukan fatwa kewajiban bagi setiap santri atau secara umum seluruh umat muslim di Indonesia untuk berjuang melawan dan mengusir penjajah yang telah berbuat dzolim di tanah air kita. Dengan adanya fatwa ini para santri ikut berkontribusi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Atas dasar kontribusi inilah pemerintah menetapkan Hari Santri Nasional sejak tahun 2015.

Namun apakah peringatan hari santri ini hanya sekedar peringatan tahunan saja? Hanya sebagai apresiasi kepada kaum pesantren? Sebagai hadiah bebungah agar masyarakat pesantren merasa diakui lalu dengan mudah massa pesantren diperalat untuk kepentingan tidak berfaedah, bahkan dzolim? Saya harap tidak begitu adanya. Kita sebagai kaum santri mestinya mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa sejarah, apalagi yang selalu kita peringati.

Melansir dari website kemenag, hari santri nasional 2023 ini mengusung tema ”Jihad Santri Jayakan Negeri”. Menurut kemenag tema ini dimaknai dari dua sisi, historis dan kontekstual. Secara historis, tema ini ingin mengingatkan bahwa para santri memiliki andil dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 Secara kontekstual, “Jihad Santri Jayakan Negeri” menegaskan bahwa santri terus berkontribusi secara aktif dalam memajukan negeri meski bukan wujud perang. Karena makna jihad secara kontekstual tidak selalu identik dengan angkat senjata.

Jihad menjadi poin garis besar dalam peringatan hari santri setiap tahunnya. Makna jihad bisa berarti perang melawan musuh, bisa juga melawan hawa nafsu. Di era transformasi digital seperti sekarang maka makna jihad kedualah yang perlu ditingkatkan oleh setiap santri. Sebab telah banyak informasi yang menunjukan macam-macam kerusakan di zaman sekarang. Entah kerusakan alam atau  manusia, yang muda maupun tua, santri ataupun bukan, orang pintar ataupun orang bodoh, penguasa atau rakyat. Karena ketidaktahuan dan hanya mengikuti ambisi nafsunya semua terjerumus dalam kerusakan. Jihad santri memperbaiki kualitas diri menjadi kunci peradaban umat.

dokumentasi Upacara Hari Santri 2023

Pada masa awal perang salib, imam al-Ghozali tidak menulis satu bab khusus tentang jihad. Padahal kala itu pasukan salib telah mengalahkan umat muslim dan menduduki kota Yerussalem. Namun Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulum Ad-din yang ditulis pada masa itu justru menekankan pentingnya jihad an-nafs (jihad melawan hawa nafsu). Yang kemudian banyak mendapat kritik para ulama atas sikap Imam Ghozali tersebut. Di tengah para ulama yang mengkritik Imam Ghozali ada seorang ulama Imam Ali ibn Tahrir As-Sulami (1039-1106) mampu menangkap makna dan menerjemahkan sikap Imam Ghozali terhadap masa krisis yang dihadapi umat muslim.

Imam Ali sebagai ulama yang andil secara aktif dalam masa perang salib menerapkan solusi Reformasi Moral untuk menyelamatkan wilayah-wilayah muslim yang telah dikalahkan oleh tentara salib. Hal tersebut merupakan hasil cerminan dari sikap Imam Ghozali yang ditunjukkan melalui karyanya.

Imam Ali mengakui bahwa melawan pasukan salib akan hampa jika tidak didahului dengan al-jihad al-akbar yakni jihad al-nafs. Dan 50 tahun kemudian pada masa Nuruddin Zengi dilanjutkan oleh Shalahuddin Al-Ayubi, kaum muslim berhasil menaklukan kembali Yerussalem dan sekitarnya dari pasukan salib.

Imam Ghozali begitu cemerlang memahami persoalan besar dengan satu hal yang mendasar. Untuk membangun kekuatan muslim yang besar perlu terlebih dahulu membenahi  moral umat islam. Reformasi moral tersirat dalam kitab Ihya karyanya melalui pendekatan pemahaman ilmu yang benar, serta pengamalan yang bersih terhindar dari  tujuan yang buruk. Sehingga terjauhkan dari berbuat kerusakan-kerusakan. Dengan terbebas dari kerusakan maka kejayaan tidak akan mustahil diraih.

Dengan demikian jihad santri untuk kejayaan negeri adalah jihad al-nafs (melawan hawa nafsu). Meningkatkan kualitas ilmu sebagai santri termasuk bagian dari jihad. Sebab dalam proses menghilangkan kebodohan harus melawan rasa malas; malas belajar, malas ngaji, malas produktif. Sedangkan kejayaan negeri adalah cita-cita yang terlalu tinggi bagi santri yang tidak punya semangat belajar. Mulailah dengan diri sendiri.

Sumber: https://kemenag.go.id/pers-rilis/rilis-logo-hari-santri-2023-menag-jayakan-negeri-dengan-jihad-intelektual-di-era-transformasi-digital-QghAw

Penulis : Abdi Hasan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button