Agendaartikel santriBerita

PERAN SANTRI DI ERA MILENIAL

Pada era modern seperti saat ini pondok pesantren dihadapkan kepada
perubahan sistem sosial dan teknologi yang sangat cepat. Masyarakat sekarang
ini menghendaki perubahan tata nilai kehidupan sosial dan struktur masyarakat
modern dengan karakteristik sebagai antitesa dari masyarakat tradisional.
Namun, ditengah-tengah derasnya arus perubahan zaman masih ada pesantren
yang terkesan menutup dirinya dari arus tersebut dan tidak mau merubah sistem
pendidikannya menjadi lebih modern.

1. Padahal di zaman sekarang ini
modernisasi pemikiran dan kelembagaan Islam merupakan prasyarat bagi
kebangkitan kaum muslimin dimasa modern.
2. Ketika pesantren tidak mau
beranjak ke modernitas, dan hanya berkutat dan mempertahankan otentisitas
tradisi pengajarannya yang khas tradisional, dengan pengajaran yang melulu
bermuatan al-Qur’an dan al-Hadis serta kitab-kitab klasiknya, tanpa adanya
pembaharuan metodologis, maka selama itu pula pesantren harus siap
ditinggalkan oleh masyarakat.
3. Posisi pesantren sekarang ini merupakan pusat lembaga yang berbasis
agama islam. Yang mana seharusnya pesantren itu mampu menempatkan dirinya menjadi agen perubahan di masyarakat, bukan malah sebaliknya. Hal ini
meunjukkan bahwasanya Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin, yang
tidak anti terhadap perubahan zaman, sepanjang perubahan itu tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Apalagi dengan melihat pesatnya arus
perubahan zaman sekarang ini yang tidak bisa dihindari lagi, mau tidak mau kini
pesantren harus mampu mendidik santri-santrinya dalam menghadapi perubahan
tersebut. Kebanyakan santri di beberapa pesantren kini tidak hanya di tuntut
untuk mengaji saja namun santri itu juga harus melek tekhnologi. Begitupun di
pondok pesantren al-barokah yang sebagian besar santrinya adalah seorang
mahasiswa dan juga merupakan generasi milenial.

Generasi Milenial adalah sebutan untuk generasi yang lahir tahun
1980-2000-an. Tentu saja didalamnya terdapat generasi Santri.
Generasi itu juga disebut Generasi Praktis, karena untuk mendapatkan
informasi hanya dengan mengakses internet. Seorang santri harus harus
dibekali pendidikan yang tidak hanya bertujuan menguatkan aqidah,
ibadah dan ahklak namun juga bekal ilmu pengetahuan umum dan
wawasan kebangsaan. Melalui proses tersebut, diharapkan
menghasilkan santri yang tak hanya ahli dalam ilmu agama, namun juga
menguasai teknologi untuk terlibat untuk menjaga persatuan.27
Dalam arti sempit, santri berarti murid yang belajar dalam institusi
agama yang disebut pondok pesantren. Dalam artian luas, istilah santri
merujuk pada anggota masyarakat yang memegang teguh ajaran agama
islam.28 Dalam bahasa jawa, kata santri berarti sanggup nerusaken
tuntunan rasul illahi (sanggup meneruskan tuntunan rasul illahi).29
Menurut Madjid, dalam jurnal yang di tulis Saidna Zulfiqar Bin
Tahir, kata ‘Santri’ berasal dari bahasa Sansekerta ‘Shastri’. Artinya
melek atau mampu membaca dan menulis. Karenanya, Santri adalah seorang sastrawan karena pengetahuannya tentang Kitab Suci. Kedua,
kata ‘Santri’ berasal dari bahasa Jawa ‘cantrik‘ yang berarti orang yang
pergi lama bersama guru kemanapun dia pergi dan tinggal untuk
memperoleh ilmu dan keterampilan darinya atau orang yang menempuh
mata kuliah dari seorang guru.
30 Santri, menurut Zamakhsyari Dhofier
dalam bukunya tradisi pesantren dibagi menjadi dua diantaranya
sebagai berikut
1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang
paling lama tinggal di pesantren biasanya merupakan suatu
kelompok tersendiri yang memang bertanggung jawab mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari. Mereka juga memikul tanggung
jawab mengajar santri baru tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
2) Santri kalong, yairu murid yang berasal dari desadi sekitar
pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk
mengikuti pelajaran di pesantren, mereka bolak-balik (nglaju) dari
rumahnya sendiri.31
Sebagai Santri milenial, mereka dirancang menjadi umat Islam yang
baik yang melestarikan dan menyebarkan ajaran islam. Namun, sebagai
generasi milenial, mereka memiliki kepekaan maju pada multimedia
yang melumpuhkan kesadaran mereka atas ruang dan waktu.

terhadap absolut ideologi agama dan keterbukaan sensibilitas generasi
milenial tak terelakkan tersaji dalam karya mereka. Teknologi dan
kapitalisme latekapital memfasilitasi fluiditas batas ruang dan waktu
yang dihadirkan dalam karya-karya timur. Di samping itu Era modern
ini memang bisa dibilang erannya gadget. Hadirnya gadgetyang tidak
didukung dengan kesadaran penggunaan bisa sangat berakibatfatal. Dan
salah satu yang contoh kefatalan tersebut adalah terbuangnya waktu
dengan sia-sia. Dari sini bisa anda rasakan, betapa besar saat di dunia.
Lalu bagaimana kerugian pengguna gadget saat di akhirat, apalagi kalau
tidak ada kehilangan waktu, tanpa ada unsur ibadah di dalamnya.32
Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh santri generasi milenial
adalah menyadari perubahan kondisi zaman pada saat ini. Dengan
begitu, mereka dapat berperan dalam kehidupan masyarakat dan
menjadi role model pembaruan yang tetap berlandaskan pada tradisi
pesantren dan berada koridor ajaran Islam.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button