Hikmah Nuzulul-Qur’an
Mari kita berharap dengan peringatan nuzulul-Qur’an, kita bisa menjadi orang yang bisa dekat dengan Al-Qur’an, bisa menghormati Al-Qur’an dan untuk selanjutnya terdorong untuk bisa mempelajari serta mengamalkannya, walaupun hal itu masih sekedar harapan. Karena pada hakekatnya, menghormati Al-Qur’an adalah dengan mengamalkan isi kandungannya, bukan dengan mengadakan peringatan nuzulul-Qur’an, jadi dengan tidak mengamalkan isi kandungannya, berarti seseorang idak menghormati Al-Qur’an, walaupun peringatan nuzulul-Qur’an (peristiwa turunya Al-Qur’an) diselenggarakan dengan sangat meriah. Rasulullah Saw, mengadu kepada Allah Swt tentang sikap umatnya kepada Al-Qur’an :
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا – الفرقان :30
Artinya : . Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (Diacuhkan atau dibiarkan disini adalah dalam arti yang sangat luas.)
Pada kesempatan ini, mari kita merenung sejenak seberapa besarkah rasa hormat kita kepada Al-Qur’an ? jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Ada sebuah pertanyaan mendasar, mengapa kita membutuhkan Al-Qur’an? jawabanya : Semua orang, baik yang beriman maupun yang tidak beriman membutuhkan Al-Qur’an, tanpa Al-Qur’an semuanya akan mati. Sebab Al-Qur’an merupakan katalog atau buku panduan semua makhluk, tanpa terkecuali manusia, dimana semua produk itu harus diperlakukan sesuai dengan buku panduaanya. Jika tidak demikian semuanya akan rusak dan mengalami kehancuran.
Kita semua tahu, bahwa produk-produk manusia dari yang sederhana sampai yang istimewa, dari yang harganya sangat terjangkau sampai yang harganya selangit, semua disertai dengan buku panduan atau katalog di dalamnya. Dan jika produk tersebut cara penggunaannya dianggap rumit, hingga terasa tidak mungkin konsumen bisa memahaminya hanya dengan membaca buku tersebut, maka perusahaanpun akan menurunkan insinyur atau tim ahli untuk mengajarkannya secara langsung kepada setiap pengguna.
Sekarang pertannyaannya adalah, apa mungkin Allah Swt, menciptakan manusia hanya sekedar diciptakan kemudian dibiarkan begitu saja ? jawabannya : tidak mungkin demikian, jadi Allah Swt. telah menyertakan Al-Qur’an sebagai pedoman atau buku panduan kehidupan manusia dan semua orang harus mematuhinya kalau tidak ingin celaka. Dan Allah juga telah mengutus seorang Ahli untuk menyampaikannya, yaitu Rasulullah Saw, dimana setiap orang harus mengaji dan mempelajarinya agar bisa memahami serta menggunakan buku panduan tersebut dengan benar.
Marilah kita merenung, sejauh manakah kedekatan kita dengan Al-Qur’an ? seberapa seringkah kita mengadakan komunikasi denganya ? jawabanya ada pada diri masing-masing.
Dahulu para shahabat berlomba-lomba mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, pada saat ayat-ayatnya diturunkan. Mereka tidak hanya menghafal kalimat-kalimatnya, tapi lebih dari itu, mereka bahkan menjadikan diri mereka sebagai perwujudan dari Al-Qur’an itu sendiri. Konon shahabat Ibnu Umar menghafalkan surat Al-Baqarah sampai empat tahun, karena beliau tidak akan berpindah kepada hafalan berikutnya, sebelum dapat mengamalkan isi kandungan ayat yang telah dihafal. Begitulah potret hubungan interaksi para shahabat dengan Al-Qur’an.
Marilah, minimal kita jadikan Al-Qur’an yang kita baca ini sebagai media komunikasi antara kita (manusia) dengan Allah Swt, yang akhir-akhir ini hubungannya semakin merenggang dan semakin menurun dibanding dengan komunikasi antara manusia dengan manusia.
Seberapa banyakkah komunikasi kita dengan Allah Swt, jika dibanding dengan komunikasi kita dengan orang lain ?
Saling menyapa antara sesama selalu dilakukan dalam berbagai kesempatan, mulai dari ketika berpapasan di jalan sampai dengan melalui saluran telekomunikasi, mulai dari media cetak sampai media elektronik, dan lain sebagainya. Segalanya diusahakan dalam rangka berhubungan dengan orang lain, walaupun harus mengeluarkan banyak biaya untuk itu. Tapi kapan kita menyapa Allah Swt ?, kalau komunikasi dengan Allah itu tidak kita bangun dengan baik, maka, ibarat jaringan telekomunikasi, sinyalnya akan melemah, bahkan bisa jadi tidak ada sinyal.
Oleh karena itu, marilah kita perbaiki kembali hubungan kita kepada Allah Swt, dengan memasang tower yang tinggi (baca : amal shaleh). Mari perbaiki cara kita membaca Al-Qur’an dengan seolah-olah bahwa Al-Qur’an sedang berbicara kepada kita, dan seolah-seolah memang Al-Qur’an itu langsung diturunkan kepada kita.
Semoga kita mendapat pertolongan untuk dapat menjalankan itu semua. Amin, ya Allah ya Rabbal-‘alamin.
(Catatan Mengikuti Acara Peringatan Nuzulul-Qur’an di Masjid An-Nur dengan Pembicara KH. Mukhlas Hasyim, MA)