Santri MenulisSerambi Pesantren

Pesantren dan Dunia Politik

Pesantren, pasti kalian semua sudah tidak asing lagi mendengar kata tentang pesantren,  apalagi seorang santri. Kadang  seorang santri menamakannya dengan sebutan “penjara suci”.  tetapi sebenarnya dunia pesantren merupakan dunia pendidikan yang bercorak islam, berbagai pelajaran agama dapat dikaji dan didalami dipesantren seperti ilmu Nahwu, Shorof, Fiqih, dan masih banyak lagi.

Disebutkan dalam syair yang dikatakan oleh Muhammad bin Hasan bin Abdillah dalam syairnya, terjemahnya: 

“Tuntunlah ilmu karena sesungguhnya ilmu merupakan perhiasan bagi pemiliknya, keunggulan dan pertanda segala pujinya”

“Pelajarilah ilmu Fiqih, sesungguhnya Fiqih merupakan penuntun yang terbaik menuju kebaikan dan ketakwaan serta tujuan paling tepat”

“Ilmu fiqh adalah bendera petunjuk kepada jalan munuju tujuan (yang lurus), ia menjadi benteng yang menyelamatkan dari segala kesesatan”

Berdasarkan dari syair di atas, bagi kita santri yang berada atau hidup dilingkungan pondok pesantren yang kesahariannya mempelajari ilmu agama sangatlah tepat, karena ilmu agama itu sesungguhnya ilmu yang paling utama yang diperintahkan oleh Allah SWT. Bagi seorang muslim untuk mempelajarinya.

Apalagi pada zaman sekarang ini, dimana budaya kafir atau non muslim dapat masuk secara bebas kedalam Negara muslim seperti Negara Indonesia ini.

Sejak dahulu seperti Mbah K.H Hasyim Asy’ari mendirikan pondok pesantren itu sendiri bermula dari sistem  pengembangan agama islam yang dirintis oleh Wali Songo dan menyebar ke pondok Nusantara. Fungsi pesantren adalah sebagai lembaga dakwah, pengkaderan ulama, pengkaderan para calon pemimpin-pemimpin  didunia politik pada zaman sekarang ini.

Bicara tentang “politik”, apakah politik itu sendiri? Barangkali mayoritas kalian beranggapan bahwa dunia politik itu kotor, Licik, dan Menipu,  Apalagi ketika mendengar kata KPK . memang dunia politik itu sangat rentan dengan fitnah dan kekotoran yang licik didalamnya.

Telah dikisahkanb Itmamulwafa’ yang ditulis oleh Syekh Muhammad Al Khudhori, bahwasannya pada saat kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, pada saat Syaidina Utsman bin Affan menjabat sebagai Khalifah, beliau banyak mendapatkan tuntutan dari rakyatnya.

Namun setelah tuntutan itu dipenuhi mereka tetap saja mengeyel seperti kasus banyaknya gubernur yang diangkat berasal dari kalangan keluarga beliau. Saat itu ada seorang  yang bernama Abdullah bin Saba yang menyebarkan fitnah yang begitu kejam kepada Syaidina Utsman, sehingga rakyat ingin menurunkan kekhalifahan beliau. Mereka para pemberontak dipimpi oleh Abdullah bin Saba yang tidak suka dengan kepemimpinan beliau.

Namun Syaidinna Ustman tetap teguh atas kekhalifahannya sehingga pada akhirnya pemberontak pun mengepung rumah beliau dan membunuh beliau. berdasarkan sejarah diatas, pada zaman Syaidinna Ustman saja sudah terjadi fitnah, apalagi disaman sekarang ini.

politik merupakan sebuah makna dari kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dalam hal tertentu untuk mencapai tujuan, mendorong orang lain untuk melaksanakan keputusan tersebut. pemimpin dalam lonsep islam adalah orang yang memiliki beberapa unsur pokok berikut:

1.Seorang yang memiliki sifat kepemimpinan islam yang mengarahkan sekelompok orang

2.Sekelomp[ok individu yang memahami pedoman hidup islami atau minimal memiliki kesiapan untu tunduk dan adil dalam menerapkan konsep islam dalam kepemimpinan

3.Individu tersebut memiliki pengaruh terhadap perilaku anggota atau kelompok dengan cara islami untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam naungan sistem islam.

Kepemimpinan dalam islam merupakan tangguh jawab yang didasari sabda Nabi SAW. “Setiap kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban”

Secara global kepemimpinan adalah memikul tanggung jawab terhadap kelompok manusia yang dipimpinnya. Sebagaimana digambarkan oleh ucapan Umar bin Abdul Aziz, “ketauhilah, aku bukanlah yang terbaik diantara kamu sekalian akan tetapi aku adalah seorang dari kamu sekalian”

Jadi kepemimpinan bukanlah suatu kehormatan atau keberuntungan yang didaptkan seorang pemimpin yang selalu dielu-elukan dan dipuji, akan tetapi kepemimpinan adalah beban dan tanggung jawab yang berat. kepemimpinan dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1.Kepemimpinan fungsional yakni kepemimpinan organisasi yang tujuannya melaksakan tugas-tugas sosial untuk merealisasi tujuan masyarakat atau jamaah.

2.kepemimpinan kondisional dan situasional yaitu seorang pemimpin yang cocok untuk memimpin masyarakat dalam keadaan damai atau tidak, seperti halnya pemimpin masyarakat yang sedag menghadapi konflik seperti Abu Bakar. neliau lebih mampu menjadi pemimpin dibanding Umar bin Khatab yang dalam situasi mendengar berita wafatnya Rasulullah SAW. beliau berkata “Barang siapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah wafat dan barang siapa menyembah Allah maka sesungguhnya Allah maha hidup dan tidak pernah akan mati”

3.Kepemimpinan kharismatik yaitu kepemimpinan yang merupakan ciri istimewa yang sudah dimiliki oleh seseorang. dari penelitian para ahli ada 5 karakteristik kepemimpinan ini yaitu jasmani, pengetahuan, sosial, interaksi dengan orang lain dan emosional. sedang ciri umumnya yaitu penampilan yang baik memenuhi janji dan menjadi teladan yang baik. sebagaimana kisah tholut yang digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai seorang komandan tentara dengan kekuatan jasmani dan kekuatan manajerial.

Dalam Q.SAl-Baqoroh: 247, yang artinya: “sesungguhnya Allah telah memilih sebagai pemimpin atas kamu dan memberinya bekal kekuatan ilmu dan kekuatan jasmani”

sedangkan Nabi Yusuf AS yang menjadi bendaharawan negara mewmbutuhkan karakter berbeda yaitu sifat amanah dan kemampuan untuk bertanggung jawab, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an surat Yusuf: 55, yang artinya : “Berkata yusuf, ‘jadikanlah aku bendaharawan negara, sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”

seorang pemimpin seperti ini harus mampu mengatur dirinya.bila mengatur dirinya saja tidak mampu, maka bagaimana mau mengatur orang lain. Allah SWT memuji Nabi Ibrahim dalam surat An-Nahl:120, yang artinya: “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang yang mempersekutukan Tuhan”

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Check Also
Close
Back to top button