Dai, Ahli Hadis, dan Penulis Hebat dari Arab Saudi, Penulis Buku Fenomenal ”La Tahzan”
Aidh Al-Qarni adalh seorang dai, pendidik, ahli penulis yang produktif. Ia memiliki tingkat kecerdasan dan hafalan yang kuat. ia hafal Al-Qur’an dan kitab Bulugh Al-Maram karya Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani, serta telah mengajarkan 5.000-an hadis dan 10.000-an bait syair klasik dan kontemporer. sekitar 1.000-an judul kaset yang berisi ceramah agama, kuliah, serta kumpulan puisi dan syair karyanya telah dipublikasikan.
Nama lengkapnya adalah Aidh Abdullah bin’Aidh Al-Qarni. Nama Al-Qarni diambil dari daerah aslinya, Al-Qarn yang terletak di wilayah selatan Arab Saudi. Ia kahir tahun 1379 H atau 1960 M. ‘Aidh Al-Qarni menamatkan program sarjana (Lc), magister (MA) dan doktor di universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud, Riyadh, Arab Saudi.
Aktivitas sehari-hari Aidh-Qarni banyak diisi dengan berdakwah, mengajar, dan menulis. Aidh Al-Qarni adalah tipe seseorang dai yang total dalam berdakwah. Selama 25 tahun, dia mengarungi dunia dakwah. Kaset-kaset ceramahnya telah beredar dan berkumandang di sejumlah masjid, yayasan, universitas, dan sekolah di berbagai belahan dunia. Kitab-kitab karyanya yang berjumlah lebih dari 70 buah itu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Namun dunia pernah dihebohkan dengan berita, lebih tepatnya ‘gosip’ tentang pengunduran dirinya dari panggung dakwah. Berita itu berpangkal tolak dari 70 bait syair dalam bahasa arab yang ditulisnya. Dalam salah satu bait tersebut ada yang sempat disalahpahami oleh media masa yang menyimpulkan bahwa Aidh Al-Qarni akan berhenti dalam berdakwah. Penafsiran salah satu media massa Arab Saudi itu kemudian dikutip oleh berbagai media massa di berbagai negara yang menimbulkan kehebohan bahwa ‘Aidh Al-Qarni akan berhenti dalam berdakwah,. Padahal Aidh Al-Qarni sendiri tidak pernah menyatakan seperti itu. Karwna baginya, dakwah adalah jalan dan pilihan hidup. Dakwah adalah kewajiban syar’i seorang Muslim sejak dia mampu sampai ia meninggal dunia, seperti firman Allah SWT, ”Hatta ya’tiyaka al-yaqinu ( sampai maut menjemputmu ).” ‘Aidh Al-Qarni menilai bahwa berita pengunduran dirinya dari dunia dakwah ia anggap semacam fitnah dari orientalis, dari orang orang yang tak suka dakwah berkembang pesat. Mereka berusaha memecah belah umat islam.
‘Aidh Al- Qarni dikenal sebagai sosok yang kritis dan berani dalam menyampaikan pendapat, pemikiran dan gagasan-gagasannya. Keberaniannya dalam menyuarakan kebenaran sempat mengantarkannya merasakan kuatnya jeruji besi dan pahitnya kehidupan penjara. Pemerintah saudi memenjarakannya karena kritik-kritik dan opininya yang dianggap membahayakan citra pemerintah. Kesalahannya saat itu adalah ia dan kawan-kawan ulama muda berani berteriak lantang menentang kehadiran pasukan Amerika Serikat di Arab Saudi atas undangan pemerintah kerajaan. Aidh Al-Qarni menulis 50 bait qashidah (puisi) protes dan sindiran yang dianggap pemerintah Saudi mempunyai pengaruh politik yang buruk bagi pemerintahannya.
Ketika berada di balik jeruji penjara, Aidh Al-Qarni memilih untuk terus menulis. Berlembar-lembar tulisanp pun menjadi bukti ketekunan Aidh Al-Qarni menjalani hari-harinya di penjara. Sekitar 100 halaman pertama dari tulisannya berhasil ia selesaikan dalam penjara. Sisanya, ia selesaikan setelah ia dibebaskan dari penjara. Menurut pengakuannya, ia membutuhkan referensi 300 judul buku untuk menyelesaikan tulisannya itu. Hingga akhirnya, buku yang ditulisnya itu pun rampung, yang kemudian ternyata buku tulisnya itu menjadi buku yang paling laris alias super bestseller di Timur Tengah. Buku itu tidak lain adalah La Tahzan.
Sungguh, La Tahzan adalah buku yang fenomenal dan fantastis. Buku ini diterbitkan puluhan penerbit dan sudah diterjemahkan kedalam 29 bahasa dunia. Di Arab Saudi, buku ini sudah di cetak dan terjual lebih dari 1,5 juta eksemplar. Di Indonesia, buku tersebut menjadi buku terlaris sampai beberapa tahun. Bahkan sampai sekarang masih banyak pembaca dan pencinta buku yang mencarinya. Kelebihan buku Al-Qarni terletak pada bahasa-bahasanya yang fukus, penuh hikmah, dan selalu memberi jeda untuk merenung sebelum berlanjut pada bahasa berikutnya. Juga, gaya bahasanya yang indah dan menyentuh hati. Buku La Tahzan memberikan petunjuk dan petuah dengan tutur bahasa yang lembut, seolah-olah ia mengajak pembacanya untuk berdialog dari hati ke hati. Pada bagian penutup, hadir pula kata-kata bijak yang menjadi intisari tulisan-tulisan sebelumnya. Dalam buku La Tahzan ini Al-Qarni mengajak para pembacanya untuk tidak menyesali kehidupan, tidak menentang takdir, atau menolak dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan sunnah.