Bulan Pernikahan
Oleh : Hanif Hidayatullah
Mungkin tidak salah kalau ada yang bilang ini “bulan perkawinan” atau “bulan pernikahan”, karena memang sekarang banyak sekali pasangan yang melangsungkan acara pernikahan plus walimahannya. Saya sendiri dalam beberapa hari terakhir sudah mendapat lebih dari 5 Undangan Pernikahan dan pada tanggal 5 Syawal kemarin juga ikut menghadiri acara pernikahan masal.
Kemarin saja -Kamis 08 September 2011- ketika saya bersama seorang teman pergi bersilaturrahim dari Benda ke Wangon, kerumah teman, kemudian Gandrung, ketempat kegiatan dulu dan Kesugihan, ketempat guru. Banyak sekali acara resepsi pernikahan di sana-sini, entah ada berapa janur kuning melengkung di depan rumah yang kami lihat.
Dalam perjalanan tersebut kami sempat berkelakar tentang mengapa banyak orang yang melangsungkan akad nikah pada bulan syawal ini, apa mungkin karena bulan ini uangnya lagi ngumpul atau barangkali kemungkinan yang lain. Kalau saya secara pribadi tidak ingin berpikiran seperti itu, tapi boleh jadi mereka ingin merayakan hari bahagianya bersama dengan perayaan hari bahagia seluruh umat Islam seusai menjalankan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, dimana yang menjalankannya dengan tulus ikhlas akan keluar dari bulan Ramadhan seperti bayi baru dilahirkan dari rahim ibunya, ia kembali kepada fitrah kesuciannya tanpa noda dan dosa, dalam hal ini Nabi saw bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa orangnya yang melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan dengan murni karena iman dan mencari ridha Allah, maka dosanya yang telah lalu akan di ampuni” (Mohon dikoreksi terjemahannya), atau juga karena yang lainnya. Secera tepat persis, saya tidak tahu alasannya, karena memang tidak sempat mewawancara. Tapi kalau untuk nikahnya sendiri, pastinya alasan mereka adalah mengikuti sunnah Nabi saw, Beliau bersabda :
النِّكَاح سُنَّتِي ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Nikah adalah sunnahku, barang siapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku” (mohon dikoreksi terjemahannya).
Saya sempat bertanya kepada guru saya -yang kadang diminta untuk mengisi mau’izhah hasanah pada acara pernikahan- tentang apa yang disampaikan pada saat memberikan nasehat pernikahan, dan beliau menjawab -kira-kira kesimpulan yang dapat saya ambil dari jawabannya adalah- yang saya sampaikan itu tentang seorang suami harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena ia adalah Ar-rijalu qawwamuna ‘alan-nisa, kemungkinan terjadinya konflik di dalam rumah tangga dan bagaimana cara menghadapinya dll.” Dan saya juga sempat bertanya kepada beberapa teman “apa yang akan kamu katakan kalau dimintai nasehat oleh orang yang mau menikah ?” antara lain jawaban mereka adalah : Anda harus siap menjalani apapun manis pahit kehidupan dalam berumah tangga, Anda harus berusaha menerima, saling pengertian dan saling menghargai.
Dan saya juga pernah membaca sepuluh nasihat ibu dari timur kepada anak perempuannya menjelang perkawian : Anakku, peliharalah dariku sepuluh perkara, niscaya dia akan menemanimu sepanjang masa, Yang pertama dan kedua : Terimalah pemberiaannya-walau sedikit-dengan penuh rasa syukur dan perkenankanlah permintaannya dengan sopan dan penuh hormat. Yang ketiga dan keempat : Perhatikanlah di mana matanya tertuju atau hidungnya dapat menghirup. Jangan sampai ia melihat sesuatu yang buruk pada dirimu dan jangan sampai hidungnya menghirup kecuali harum semerbak padamu. Yang kelima dan keenam : Perhatikanlah waktu-waktu makan dan tidurnya, karena keterlambatan makan menimbulkan amarah dan kekurangan tidur mengundang kejengkelan. Yang ketujuh dan kedelapan : Memelihara hartanya dan menghormati sanak keluarganya. Pemeliharaan adalah keseimbangan antara hasil dan pengeluaran, dan penghormatan sanak keluarga adalah senyum tulus dan perhatian. Yang kesembilan dan kesepuluh : Jangan sekali-kali menampakkan kesedihan saat ia bergembira atau bergembira pada saat ia bersedih karena jika demikiaan engkau membakar hatinya dan jangan juga membocorkan rahasianya karena jika engkau membocorkannya, tidak terjamin lagi kesetiaannya.
Kemudian dari Abah Yai Masruri, saya juga pernah menyatat nasehat beliau kepada mempelai lelaki yang beliau sampaikan setelah mengakidkan seseorang di Masjid An-Nur waktu itu, pesan beliau : satu, membenarkan niat -sebagai seorang muslim- yakni mengikuti jejak Nabi saw. dan agar memperoleh keturunan yang baik. Kedua, memejamkan mata dari wanita lain, manakala ada kelebihan pupuklah kelebihan itu dan jika ada kekurangan tutupilah kekurangannya. Ketiga, bisa mengendalikan istri. Keempat, jika melihat kelebihan pada orang lain, pahamilah bahwa itu ada juga pada istri Anda.
Terakhir bagi yang belum menikah, saya juga pernah meminta nasehat kepada seseorang yang sangat saya segani, beliau memberikan nasehatnya dan waktu itu saya berkesimpulan bahwa seseorang itu ketika mau membina rumah tangga, ia harus siap entah nantinya akan berpasangan dengan siapa saja, entah dengan teman, tetangga, siswa atau yang lainnya, ia harus siap untuk hidup bersama. Ingat, tidak ada yang sempurna dan kata mantap seratus persen tidak akan didapat.
Akhirnya, mari kita doakan teman-teman yang kita kenal dan orang-orang yang tidak kita kenal, yang pada bulan ini melangsungkan pernikahannya, dengan doa sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi saw :
بَارَكَ اللهُ لَهُمْ وَبَارَكَ عَلَيْهِمْ وَجَامَعَ بَيْنَهُمْ فِي خَيْرٍ
Amin, amin, amin, ya Rabbal’alamin.
* Tenaga Pendidik di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2