Kedua kaki kang Fahim tampak menghitam oleh jelaga. Air mukanya kelihatan capai. Sesekali, Ia menarik nafas panjang. Di depan teras Masjid pesantren itu, kang fahim duduk menggelar kaki. Melepas letih.
Bukan baru roan, seperti yang biasa dilakukannya tiap kamis malam, di malam takbir Idul Adha ini, Ia dan kawan-kawan ndalem baru melakukan olahraga ekstrem, sepakbola api.
“ Kami melakukan sepak bola api rutin, tiap malam idul adha” terangnya.
Olahraga ekstrem ini memang lekat dengan dunia santri. Tak hanya di Pesantren Al-Hikmah 2 Brebes, di banyak Pesantren, terutama di wilayah Jawa Timur, sepakbola api rutin digelar di setiap acara besar agama atau Pesantren.
Untuk pertandingan malam takbir tahun ini, Kang Fahim menyebut dirinya mempersiapkan tujuh kelapa sebagai bahan bola.
Sebelum disulut dengan api, kelapa-kelapa tersebut dilumuri dengan solar lebih dulu. Baru tiap kali mau main, satu kelapa dinyalakan. Kelapa yang lain baru akan disulut api, bila api dikelapa sebelumnya telah padam. Api dalam bola memang tak bertahan lama, sebab saat permainan berlangsung rambut-rambut api di kelapa akan mudah rontok karena berulang kali disepak.
“ Ada empat tim yang ikut di sepakbola api tahun ini, masing-masing terdiri dari enam orang” sebut Kang Fahim
Tak ada ritual khusus untuk bisa kebal kata Kang Fahim . “ doanya ya cuma doanya Nabi Ibrahim”
Anda tertarik untuk mencoba ?
