Berjiwa Besar
Jadi untuk membedakan orang yang berjiwa kecil dan berjiwa besar. Kalau al-hasud itu berjiwa kecil. Kemudian sesat nafsu. Beda dengan orang yang berjiwa besar.
Manakala ia melihat orang lain sukses, orang lain terpuji, orang lain memperoleh kedudukan yag disenangi. Maka tidak terbetik di dalam jiwanya , untuk melakukan sikap dengki yang merongrong kedudukannya, ataupun menggeser kedudukannya. Tidak terbetik di dalam hatinya seperti itu.
Lalau apa ? Dia belajar dan belajar. Kenapa si A berhasil, kenapa si A sukses. Mengadakan penelitian atas orang-orang yang berhasil, melihat katakan bagaimana si A bisa sukses itu. Lalu dia berusaha dengan sekuat tenaga, seperti apa yang telah diperoleh oleh orang lain.
Bahkan kalau dia memang jiwanya lebih besar lagi, dia belum puas kalau belum memperoleh yang lebih tinggi daripada apa yang diperoleh orang lain. Dengan cara yang sangat baik. Jadi dengan cara yang sehat.
—ditranskirp dari Pengajian kitab Idhatunnasyiin Al-Maghruflah Abah KH. Moch. Masruri Abdul Mughni