Syukur, Sangkar Kenikmatan
Oleh : In’am Al Fajar
Secara definitif sebagaimana makna dalam kamus besar bahasa Indonesia, sangkar berarti kurungan, arti kata ini biasanya dekat dengan kata burung dan jenis hewan unggas lainnya. Secara sederhana fungsi sangkar bagi burung adalah mencegah lepas atau kaburnya burung akibat hal-hal yang tidak diinginkan. Bagi pecinta burung, tentu keberadaan sangkar menjadi penting. Dengan sangkar yang baik, Ia tentu tak perlu khawatir burung piarannya akan lepas dan hilang.
Sama halnya dengan syukur, jika burung diibaratkan sebuah kenikmatan maka syukur adalah sangkarnya. Dengan bersyukur, seorang mukmin berarti memagari lepasnya kenikmatan yang telah ia terima. Dengan syukur, kenikmatan-kenikmatan yang dikaruniakan Allah Subhanuwata’ala itu justru akan makin bertambah dan berkembang.
Syukur, memang begitu mudah kata ini diucapkan siapa saja. Diatas mimbar, pembahasan sifat ini menjadi satu diantara yang terlaris diurai para penceramah agama. “ bersyukurlah, maka Allah akan menambah nikmatmu dst.”
Pada setiap muqoddimah sebuh pidato, ceramah, atau tausiyah yang disampaikan tak peduli tempatnya, dari musholla kampung hingga istana Negara pun, tema syukur selalu dijadikan menu pembuka pembicaraan. “ Marilah pertama-pertama kita panjatnya syukur kehadirat Allah Subhanuwata’ala dst.”
Ya, demikianlah, syukur ada selalu eksis dimana-mana. Pertanyaannya, kenapa ? sesuatu yang penting tentu harus selalu ada, karena syukur itu teramat penting maka ia harus selalu ada. Semua dan apa yang bisa kita raih saat ini, apakah semua itu berkat usaha kita semata ? tidak bukan. Dan jelas tidak sama sekali. Semua ini hanyalah anugrah Allah Subhanuwata’ala. Semuanya, setiap hembusan nafas itu adalah anugrah, setiap detak jantung itu anugrah, setiap aliran darah itu anugrah dan semuanya.
Lalu bagaimana cara terbaik untuk bersyukur ? adalah Imam Nawawi al Bantani dalam tafsir munirnya ketika menafsiri ayat 23 surat Al Mulk “ Qul huwalladzi Ansyaakum waja’ala lakumussam’a wal absaara wal afidah, qoliilammatasykurun” mengatakan, bahwa cara terbaik untuk bersyukur atas nikmat Allah, adalah menggunakan nikmat tadi untuk mencari keridhaan Allah Subhanuwata’ala. Mata adalah nikmat, maka gunakan mata tadi untuk membaca ayat-ayat kauniyah pada penciptaan alam semesta, pendengaran adalah nikmat maka gunakan pendengaran kita untuk mendengar ayat-ayat qurnaiyahnya, hati dan akal adalah nikmat maka gunakan hati dan akal tadi untuk mentadabburi perintah dan larangan-laranganya, dan lain sebagianya.
Dari sini sudah sepantasnya, kita memperbanyak permohon kepada Allah agar menganugrahkan kemampuan kepada kita untuk bersyukur kepada-Nya. Nabina Muhammad Shollahu ‘alaihi wasallam mengajari umatnya untuk memperbanyak do’a “ Allahumma A’inna ‘Ala dzikrika wa syukrika wakhusni ‘ibaadatik” Ya Allah, tolongkah kami untuk mengingat-Mu, bersykur kepada-Mu dan menjadi membaguskan ibadah kepada-Mu”
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan kemampuan untuk pandai bersyukur. Amiin
*Alumni Ma’had Aly 2008, tinggal di Wonosobo