Gus Ama : Santri Harapan Paradigma Baru
Wawancara ini berlangsung di gedung SMA Al-Hikmah 2, saat beliau menyaksikan keberangkatan kirab santri Pon. Pes. Al-Hikmah 2 dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (Harsanas)
Wartawan: Melihat santri Al-Hikmah 2 memperingati Harsanas seperti ini apa yang terbersit dalam benak njenengan gus?
Gus Amma: Ini merupakan bentuk partisipasi, dukungan terhadap peran santri di kancah nasional Indonesia. Seperti kita ketahui, perjuangan kemerdekaan RI ya tidak lepas dari KH. Hasyim Asy’ari, sebagai barisan termuka otomatis para santri. Hanya bermodalkan doa dan kekuatan taqwa santri mampu hancurkan senjata lawan.
Wartawan: Manfaat untuk santri sendiri bagaimana gus?
Gus Amma: Mengingatkan sisi positif santri, juga menjadi intropeksi santri zaman sekarang dengan sosok santri sejati, dengan menilik generasi santri dibelakang kita. Hal ini penting dilakukan, guna memberi kekuatan positif untuk membuat tekad. Seperti kita ketahui, pendidikan liberal tidaklah mampu mencetak generasi yang baik, justru yang mempunyai integritas tinggi adalah sosok santri.
Wartawan: Gus, apakah dengan demikian santri mampu memegang kendali pemerintahan dimasa depan?
Gus Amma: Jelas akan begitu, dilihat dari segala aspek santri sekarang akan menjadi pemimipin esok. Karena yang mampu menjawab persoalan zaman itu santri, karena santri memiliki ahlaq yang baik.
Wartawan: Berarti sekarang yang dinomor satukan itu akhlaq ya gus?
Gus Amma: Jelas, persoalan bangsa ini akan selesai, kalau generasi yang tercipta berahlaqul karimah. letak penggemblengan ahlaq/moral itu ya pesantren.
Wartawan : Gus, bukankah sekarang nilai ijazah yang menjadi tolak ukur untuk semua urusan?
Gus Amma : Nilai bagus itu bukan segala – galanya, nilai merupakan paradigma lama yang sudah sampai dititik jenuh, yang akan kembali lagi ke akhlaq tidak dinilai dari kognitif tinggi. Sekarang sudah banyak orang pinter yang korupsi, akhirnya masyarakat ini jenuh. Inilah paradigma baru yang lebih baik.
Wartawan : Bagai mana jika hasil akhirnya tidak memuaskan?
Gus Amma : Sekarang itu sistem rekrutmen dalam bidang apapun yang dilihat adalah proses, karena disinilah letak karakternya.
Wartawan : Gus, bagaimana dengan para alumni yang pakaiannya sudah tidak mencerminkan sosok santri?
Gus Amma : Itu tantangan yang tidak bisa dihindari. Ketika terjadi hal yang sedemikian rupa, itu adalah sifat manusiawi. Seharusnya santri harus bisa memberi warna pada lingkungan, bukan santri yang terwarna. sebenarnya pakaian itu mengikuti budaya, itu yang repot.
Wartawan : Berarti garis merah santri harus perperinsip, begitukah gus?
Gus Amma : Oh ya. Hari santri ini bisa menjadi moment mengembalikan ruh timur yang berakhlaq dan berwawasan, memang hal ini harus mempunyai kontribusi.
Wartawan : Lalu dampak dari Harsanas itu sendiri sekarang bagaimana?
Gus Amma : Jangan bicara sekarang, kita lihat berapa tahun kedepan. Sekarang bukan saatnya pembuktian, tetapi saatnya bekerja. Seperti halnya KH. Hasyim asy’ari, dulu beliau tidak berfikiran akan dikenang atau dijadikan pahlawan, tetapi beliau melakukan secara optimal dan kita bisa memetik hasilnya seperti harsanas saat ini.