Sang Pahlawan Cahaya

Langit tampak cerah pagi itu, desiran udara pegunungan Sirampog membelai lembut setiap penikmat pagi, belaian yang berpadu mesra dengan salam bahagia burung-burung kecil di sekitar Gedung Olahraga pesantren. Pagi yang baru dan penuh barakah, mengajak setiap orang untuk menguatkan tekad mengawali hari dengan penuh semangat dan harap.

Pagi telah beranjak, saat beberapa santri putra terlihat keluar dari Masjid An-Nuur. Mereka baru saja ngaji Jalalain yang diasto Abah Kyai. Pengajian Jalalain rutin diadakan setiap pagi (selain selasa dan jum’at), peserta pengajian ini beragam, tidak terpatok pada kelas dan umur. Siapa saja dapat mengikuti pengajian ini. Ayat demi ayat dibacakan dan kemudian diterangkan dengan jelas oleh Abah Kyai.

Tak jauh dari Masjid An-Nuur, seorang laki-laki berbadan tegak tampak sibuk dengan mesin besarnya. Ia hendak memanaskan mesin besar yang bernama jenset . Jenset berkekuatan 50.000 watt ini setiap hari mesti dipanaskan untuk menjaga kebaikan kerja mesinnya. Seringnya terjadi pemadaman listrik di daerah Benda dan sekitarnya, menjadikan keberadaan jenset yang mampu menghabiskan 20 liter solar perhari ini begitu berarti, jenset bak pahlawan yang dielukan ketika listrik tiba-tiba padam.

Adalah dua orang, Mas Andri dan Mas Pujiyanto yang demikian setia menjalankan amanah perawatan dan pengoprasian jenset ini. Dua orang santri senior ini bahu-membahu merawat dan mengoprasikan jenset besar yang dipakai mulai tahun 2009 ini. Keduanya selalu siaga sepanjang waktu, untuk menghidupkan jenset bilamana tiba-tiba listrik mati. Pun ditengah malam sekalipun, jika mendadak listrik mati, keduanya siap melaksanakan tugasnya.

Para santri kini dapat bernafas lega, tak ada lagi kata cemas jika listrik padam. Pengajian, jama’ah dan kegiatan-kegiatan lain dapat tetap berjalan tanpa ada kekhwatiran matinya listrik. (JA-03)

.