Kita dan Negara Kita
Oleh : Ummu Abdillatif ( Alumni MAK 2011)
Sejarah mengatakan 69 tahun sudah kita menjadi Negara yang merdeka dari penjajahan bangsa koloni. Bebas dari semua ketertindasan. Tidak ada lagi yang yang mengancam keamanan hidup kita di negri tercinta kita ini, aman, damai dan tentram. Dan itu semua kita rasakan semenjak kita lahir di dunia ini. Tidak seperti nenek moyang, bahkan mungkin dimasa kecil orang tua kita, yang tidak bisa hidup tenang. Kehidupan yang tidak sepi dari suara senapan, bom dan suara deru mobil koloni yang selalu membuat mereka ketakutan.
Dulu kita lemah untuk melawan mereka. Tapi bukan berarti tidak ada pahlawan yang pemberani, yang mampu melawan para penjajah dan memiliki keinginan besar untuk memerdekaan bangsa Indonesia. Sudah banyak para pejuang kemerdekaan yang telah mengarungi lautan serangan penjajah. Banjir darah, badai peluru dan petir – petir bom mereka lewati demi memerdekakan bangsa kita. Nyawa – nyawa mereka sendiri korbankan demi membela negri Indonesia. Dan sampai saat ini, mereka telah berhasil merebut kembali kuasa Negara Indonesia dari para penjajah. Berhasil memerdekakan negri ini setelah selama 3 abad dijajah.
Dan itu semua terjadi pada hari jum’at di bulan Ramadhan. Bulan amat mulia, sama seperti ketika Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam dan para shahabatnya memenangkan peperanagan dengan kafir quraisy pada perang Badar. Dengan pasukan tentara muslim yang hanya berjumlah 314 melawan 1000 tentara kafir Quraisy. Begitu juga pahlawan kita, dengan tentara Republik Indonesia dan para pejuang lainnya yang tidak seberapa jumlahnya dan hanya dengan senjata seadanya, bahkan dengan bambu runcing saja. Mereka berhasil merebut kembali kuasa negri kita berkat pertolongan Allah ‘Azzawajalla. Karena DIAlah yang menciptakan dunia dan seisinya dan Allahlah yang telah memilih Negara kita untuk diuji melalui para penjajah. Apakah Indonesia masih ada orang yang beriman dan selalu sabar ketika Allah memberinya cobaan yang berat tersebut. Dan itu telah dibuktikan oleh para nenek moyang kita. Mereka berhasil melawati berbagai cobaan yang Allah berikan hingga Allah memberikan hadiah yang istimewa untuk mereka yaitu kemerdekaan.
Bukan seratus atau dua ratus tahun sebelum 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka. Itu semua Allah yang menentukan, dan itulah yang terbaik untuk Indonesia. Semuanya sangat beruntung di hari itu, semua orang berseru “MERDEKA!!”. Tidak ada yang dirugikan sekalipun orang – orang (para pejuang) yang telah gugur sekalipun dan kerabat mereka merasa sangat bangga dengan kemerdekaan yang telah diraih oleh mereka. Karena jasa mereka tidak akan terlupakan oleh bangsa ini. Dan yang lebih penting lagi, adalah gelar syahid dari Allah Subhanahuwata’ala. Seperti salah satu pahlawan muslim kita, Dr. Muhammad Natsir yang berjuang hanya mengharap gelar kepahlawanan (pahala) dari Allah untuk membela Agama dan Negara. Beliau adalah seorang ulama besar yang diakui Dunia, dai, pendidik dan seorang politisi ulung yang mempersatukan Negara-negara boneka colonial Belanda dengan mosi yang terkena, Mosi Integral Natsir, menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Karena penjajah bukan hanya merusak dan mengambil kekuasan seutuhnya di negri kita dan menjadikan semua rakyatnya budak kecuali mereka yang mau ikut bergabung dengan mereka agar Indonesia dan seisinya tetap menjadi wilayah kekuasaan mereka. Tapi mereka juga merusak Aqidah masyarakat muslim Indonesia. Mereka adalah musuh besar Islam. Jadi para pejuang muslim menganggap bahwa melawan dan memerangi penjajah adalah jihad fi sabiilillah. Semua pahlawan yang gugur dalam menjunjung tinggi Agama Islam dan Bangsa Indonesia memperoleh gelar syahid.
Dan sadarkah kita, apakah hari ini kita telah benar-benar merdeka?. Atau tanpa kita sadari kita kembali dijajah?.
Bukan berarti setelah selama 68 tahun Negara kita merdeka dan bebas dari penjajah dan kita tidak memiliki tanggungan apapun. itu salah, bahkan kita sebagai generasi penerus Bangsa ini harus memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar lagi untuk terus melindungi negri kta tercinta dari para penjajah.
Dan bukan hanya penjajah bersenjata yang menyiksa dan menguasai Negri kita. Bahkan hari ini senjata mereka bukan itu lagi. Dulu bangsa Indonesia ketika dijajah banyak memiliki pahlawan yang selalu siap membela Negara dan melindunginya. Koloni pun tidak mudah menaklukan semua orang.
Pernah membaca atau mendengar ayat Alqur’an Surat Albaqoroh (ayat:120) yang artinya:
“ Orang-orang kafir Yahudi dan Nasrani tidak akan ridho kepada kalian (orang-orang islam) sampai engkau ikut dengan ajaran agama mereka”.
Dan itu sudah menjadi hukum alam yang telah Allah catat dan diturunkan kepada RasulNya agar dia menyampaikan kepada umatnya, bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah membiarkan orang-orang Islam hidup damai seperti yang seharusnya mereka rasakan ketika mau mempraktekan semua yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam. Tidak mau terjatuh lagi seperti dulu kala di masa jahiliyah.
Begitu juga dengan kita. Kita seharusnya selalu siaga dengan segala sesuatu yang bersumber dari bangsa barat. Tidak semua yang mereka datangkan ke dalam negri kita baik untuk diambil dan ditiru. Tapi masyarakat kita tidak sepeti masyarakat zaman dulu yang masih memiliki pendirian yang kokoh. Tidak cepat latah mengikuti tren yang datang dari Negara lain, yang tak lain mereka hanya musuh dalam selimut yang diam-diam menusuk dari belakang. Membutakan kita dengan gemerlap dunia yang mereka punya, menjauhkan kita dari moral agama.
Yang sangat disayangkan tidak semua orang menyadari akan hal itu. Mereka tidak sadar kalau mereka sedang dijajah oleh bangsa barat dengan cara halus. Dari cara berfikir, bermode dan lain sebagainya. Perlahan-lahan Indonesia mereka jatuhkan lagi. Merubah semua yang ada didalamnya. Kesempatan yang terbaiknya Indonesia belum menjadi Negara yang maju baik dari segi manapun. Mudah saja bagi mereka melakukan itu semua. Membodohi masyarakat dengan cara menarik kepuasan hati yang tidak memilki pondasi ketebalan iman. Mengenalkan hidup gemerlap mereka. Dan itu terbukti dengan masuknya kemajuan tren di Negara kita, bukan kemajuan teknologi atau budi pekerti yang dibungkus dengan keimanan dan rasa nasionalisme, mengingat perjuagan yang telah dilakukan oleh para pahlawan kita. Kita sudah malas berfikir, sudah menjadi masyarakat yang pasif. Sulit menciptakan sesuatu yang bisa dibanggakan oleh bangsa. Kita haya bisa meniru dan mengikuti, tanpa diikuti dengan berfikir. Tidak ingin merasa capek, hanya ingin mendapatkannya secara instan. Jadi sulit untuk maju.
Ketika kita seharusnya mengelola semua yang telah kita miliki. Dengan mudahnya mereka membeli semuanya, dan kembali menjadikan penduduk Indonesia para pekerjanya yang hanya bisa mendapatkan 10 % dari harta yang seharusnya dimiliki seutuhnya. Apakah kita sadar kita telah benar-benar dibodohi oleh mereka?. Apa kita sudah merasa cukup dengan yang kita peroleh tanpa mengerti apa yang sebenarnya mereka lakukan kepada kita?.
Bukan berarti hidup sederhana itu hina. Tapi yang hina itu, yang membiarkan negaranya diobarak abrik oleh para penjajah. Dan bukan berarti penjajah selalu membawa senjata. Tapi ketika kita mau mambaca sekitar kita dan mau berfikir untuk memajukan Negara kita, kita pasti tau apa yang seharusnya kita lakukan, dan mengerti mana yang kawan dan mana yang lawan.
Dan memajukan Negara bukan berarti harus membuatnya bergelimang harta denagan berbagai gemerlap dunia. Tapi memajukan kecerdasan bangsa dengan menjunjung akhlaq dan budi pekerti yang luhur dan dengan mengembangkan pendidikan bangsa Indonesia. Dan mulai saat ini pasti kita bisa melakukannya, tanpa ada yang takut melarang kita belajar. Semuanya bisa belajar. Tidak ada bedanya yang miskin dengan yang kaya. Karena sebenarnya belajar itu gratis.