
Afni Miftah Khoirunnisa
Nama lengkapnya adalah Aminah binti Wahb bin abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Kab bin Luay bin Ghalib bin Fihr. Dalam Kitab An-nisa Khaula Ar-rasul disebutkan bahwa ibunya bernama Barrah binti Abdul Uzza bin Usman bin Abdu Ad-Dar Qushay bin Kilab Murrah bin ka’b bin lu’ay bin Ghalib bin Fihr. Sayyidah Aminah di beri julukan Ibnu Zuhrah. Zuhrah adalah kakek tertua dari Qushay. Zuhrah berada di Makkah hingga akhir hayatnya. Keturunan sering mengadakan kerja sama dengan keturunan Qushay.
Sayyidah Aminah dikenal sebagai perempuan yang mempunyai kedudukan terpandang dari segi nasab, kota asal dan kedudukan. semasa kecil ,beliau tinggal di rumah kuno Bani Zuhrah hingga beliau tumbuh dewasa. Bersama teman-temannya, beliau sering mengunjungi ka’bah untuk melihat rumah-rumah sekitar Baitul Haram. Hal ini karena dua bani yang tinggal di sekitar Baitul Haram adalah bani Zuhrah dan bani Hasyim. Dua bani ini sering di sebut sebagai pemilik perkampungan Arab yang paling terpandang.
Kehidupan Masa Kecil Ibunda Rasulullah saw.
Kehidupan Sayyidah Aminah begitu sederhana. Beliau sering bermain ke ka’bah bersama teman-temanya untuk melihat orang-orang melakukan tawaf dan menuju tempat air zamzam. Waktu itu, berhala masih banyak di temukan di sekitar Ka’bah. Para penyembah berhala kerap mengatalan bahwa persembahan mereka terhadap Ka’bah adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hal yang di lakukan oleh penyembah berhala itu membuatnya ragu.
Waktu kian berlalu, Sayyidah Aminah tumbuh dewasa.. Banyak hal yang terlintas dalam benaknya. Para rahib terkadang memberi bahwa akan ada nabi di tengah umat ini. Banyak kaum perempuan yang berharap nabi itu lahir dari rahim mereka terlebih ketika di beri kabar nabi itu berasal dari masyarakat Arab tepatnya penduduk Kota Makkah.
Suatu hari, Sayyidah Aminah masuk ke kamar pribadinya . Tiba-tiba kedua orang tuanya masuk dan menghampirinya, lalu berkata, “Wahai Aminah, ayahmu akan membawamu ke Darun Nadwah, maka bersiaplah.” Dalam pikiranya terbesit bahwa tempah ini yang akn memisahkan antara waktu msa kecil dengan masa remaja. Beliau perlahan mulai meninggalkan masa kecilnya dengan menutup aurat.
Hari itu Sayyidah Aminah di bawa ke Darun Nadwah. Tempat ini biasanya digunakan untuk pelaksaan acara pernikahan, Khitanan, dan beberapa acara besar. Sesampainya di tempat itu, beliau di beri pakaian hijab dan gamis. Wajahnya di tutup. hal ini pertanda dirinya sudah menginjak dewasa.
Dalam Kitab Bulugh Al-arib Ma’rifah Ahwah Al-arab disebutkan konon temoat itu digunakan para perempuan bani Zuhrah untuk berkumpul. mereka berkumpul untuk mendengarkan ramalan dari saudah binti Zuhrah. Tak lama kemudian ia bersuara, ‘Wahai bani Zuhrah, sesungguhnya di tengah kalian ada seorang putri yang akan melahirkan seorang anak pemberi peringatan, maka tunjukanlah putri kalian.”
Tak berpikr panjang, para perempuan itu langsung mengumpulkan putri mereka untuk di hadapkan pada peramal itu. Sekarang giliran Barrah menujukan putrinya. Diceritaan bahwa peramal itu mempunyai sikap berbeda, tatapan peramal itu memandang Sayyidah Aminah. Ia begitu mengamati gerak gerik darinya. Pada akhirnya ia napas dan mengatakan bahwa perempuan ini yang akan melahirkan seorang putra pemberi peringatan.