Khazanah

Kisah Madyan dalam Al-Qur’an

Dalam al- Qur’an, nama Madyan disebut secara ekplisit (langsung) tidak kurang dari 10 (sepuluh) kali, yaitu pada surat at-Taubah:70 ; al-Hajj:44 ; al-A’raf:85; Hud:48; al-Qashash:22,23,45; Hud:95; dan pada surat al-Ankabut:36.

Madyan adalah tempat nabi Syu’aib As. diutus oleh Allah menyampaikan risalah. Madyan juga merupakan tempat nabi Musa As. melarikan diri dari Mesir dan akhirnya bertemu dengan kedua putri nabi Syu’aib As. yang kelak menjadi istrinya. Madyan merupakan nama suatu suku (kabilah) yang diadopsi dari nama seorang tokoh bernama Madyan bin Ibrahim As.

Adapula yang menyebutkan bahwa Madyan merupakan nama sungai. Namun demikian, dalam perspektif  Syekh ‘Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi, disebutkan bahwa menurut pendapat yang sahih, Madyan merupakan nama orang. Hal ini merujuk kepada firman Allah Swt:

” dan (kami telah mengutus kepada penduduk Madyan) saudara mereka, Syu’aib..” (QS.al-A’raf:85). Kebetulan nama lengkap nabi Syu’aib adalah Syu’aib bin Mikail bin Yusyjar bin Madyan bin Ibrahim dalam versi Muhammad bin Ishaq. Dengan mensinkronkan antara silsilah nabi Syu’aib yang kedapatan ber-kakek-an madyan denganungkapan”saudara mereka, syu’aib” dalam ayat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa madyan pada dasarnya merupakan nama orang.

Di dalam al-qur’an,kata madyan diulang sampai sepuluh kali, yang kesemuanya menunjuk kepada kabilah madyan yang terdiri dari anak cucu madyan.kabilah ini berdiam di suatu tempat yang juga dinamai madyan yang terletah di pantai laut merah sebelah tenggara gunung Sinai.rata-rata pencarin hidup kabilah madyan adalah berdagang.

Meski kabilah Madyan masih memiliki jalur keturunan nabi Ibrahim As. Tapi mereka justru terdiri dari masyarakat pembangkang (kuffar). Penduduk Madyan adalah kaum yang tidak mau menyembah Allah. Mereka justru menyembah selain Allah. Kaum Madyan menetap di suatu kawasan yang disebut ma’an.

Ulama sepakat bahwa ma’an terletak di antara Syam dan semenanjung Arab, berdekatan dengan laut mati di Jordan. Kawasan itu bukan tempat biasa yang dikunjungi turis. Tanah yang tandus dan cuacanya yang panas dan kering, menjadikan wilayah ini lebih mirip padang pasir. Inilah kawasan yang disebut sebagai peninggalan purba yang dibangun dari patung. Hampir semua sisa-sisa sejarah telah tertimbun.

Selain beternak kuda dan keledai,penduduk setempat juga suka beternak ayam, itik dan kambing untuk dimakan sendiri atau dijual demi menyambung hidup. Penduuduk di sana miskin,karena tanah mereka tidaj ditumbuhi tanaman.justru di kala musim panas mereka berhijrah sementara ke kawasan yang subur untuk menjadi buruh di ladang kapas.

Oleh karena itu,mereka tidak mau mengakui kebenaran risalah yang dibawa oleh nabi Syu’aib as.risalh yang dibawakan nabi syu’aib sendiri tidak hanya terbatas pada masalah tauhid,namun juga mu’amalah.menyesuaikan kecenderungan hidup masyarakt madyan pada waktu itu rata-rata adalah pedagang.

Dalam kebanyakan ayat al-qur’an yang bersinggungan dengan kehidupan masyarakat madyan,masalh keadilan dan kejujuran dalam berniaga telah menjadi tema pokok yang sejajar dengan masalah tauhid.

Perintah Allah ”berikan takaran dan timbangan secara adil” hampir selalu menghiasi penuturan Al-qur’an tentang kabilah madyan.hal itu wajar,karena kaum madyan terkenal sebagai kaum yang gemar menipu dalam ursan perdagangan,seperti mengurangi timbangan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dengan cara cepat dan tanpa usaha keras. Masyarakat yang terkenal korup itu menggunakan timbangan yang besar kalau membeli dan menggunakan alat ukur kecil kalau menjual, sehingga kekayaan hanya menumpuk pada beberapa orang saja. Cara berdagang yang curang seperti ini sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Madyan dari generasi ke generasi.

Sayangnya, penduduk Madyan tidak mau mengikuti ajaran nabi Syu’aibi, dan bahkan pada pemuka masyarakatnya justru mengancam sesamanya apabila mengikuti ajaran nabi Syu’aib. Nabi Syu’aib sendiri tidak luput dari ancaman kejahatan mereka.

Azab Allah akhirnya dijatuhkan kepada penduduk madyan karena kekafirannya itu. Bumi yang mereka tempati mengalami gempa yang maha dahsyat dengan diiringi petir yang menyambar-nyambar isi permukaan tanah kabilah madyan. Merekapun dibinasakan Allah, dengan meninggalkan nabi Syu’aib dan para pengikutnya yang diselamatkan dari azab-nya.

Dalam al-Qur’an Allah berfirman ”Dan tatkala datang azab kami, kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriaman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. seolah-olah merea belum pernah berdiam di tempat itu. ” Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.”(Q.S.hud:94-95).

Sumber : Sketsa Al-Qur’an Seri 2, M. Ishom El Saha, M.A & Saiful, S. Ag.

Sumber

.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button