Shalat ‘Idain ( jawa : riyaya ) adalah shalat sunah dua rakaat yang dilaksanakan di hari ‘Idain (dua id ), yakni hari idul fitri dan hari raya idul adha. Hukum melaksanakannya adalah sunnah muakkad.
Beberapa kesunahan yang mengiringi pelaksanaan shalat ini diantara adalah :
- Sunnah hukumnya bagi setiap orang yang hendak melakukan shalat Idul Fitri untuk bersantap lebih dahulu, beda halnya dengan shalat Idul Adha yang sunahnya justru mengakhirkan waktu bersantap hingga usai pelaksanaan shalat.
- Sholat ‘Idaian sunah dilaksanakan secara berjamaah bagi siapa saja selain jamaah haji. Adapun bagi bagi mereka yang sedang berhaji disunahkan untuk mendirikan shalat secara sendirian, meski sedang tidak berada di tanah Mina.
- Dalam kitab Al-Anwar Lil Imam Al-Ardhali disebutkan bahwa Shalat Idain lebih utama dilakukan di masjid, mengingat kemulian “rumah” Allah. Terkecuali jika ada udzur (halangan) semisal membludaknya jamaah shalat ‘Id hingga membuat masjid penuh sesak, maka boleh melakukan shalat di luar masjid. Karena bila tetap dilaksanakan di masjid justru dihukumi makruh. Makruh juga melakukan ta’addud jamaah (mendirikan shalat Idain lebih dari satu tempat), bila tidak ada udzur.
- Sunnah untuk bersegera melakukan shalat Idul Adha, ketika waktu shalat telah tiba (sejak terbitnya matahari), agar waktu untuk proses penyembelihan hewan kurban bisa dilakukan lebih pagi . Berbeda halnya dengan shalat sunnah Idul Fitri yang sunah untuk diakhirkan pelaksanaannya, agar waktu untuk menunaikan zakat fitrah lebih panjang bagi yang belum sempat memberikan zakat.
- Kecuali imam shalat yang sunnahuntuk mengakhirkan kedatangannya ke masjid, setiap orang disunnahkan untuk berangkat ke masjid pagi-pagi untuk shalat idain.
Terkait waktu pelaksanaan shalat, shalat ‘Idain sunah dilakukan mulai dari terbitnya matahari sampai tibanya waktu dhuhur
—Dialih bahasakan dari Sabilunnajah, Fashalatan lengkap oleh KH. Ahmad Baghowi Amin Pekalongan
