Al Hikmah “ Dalam Sejarah “
Al Hikmah datang dengan membawa misinya yang mulia : Bil hikmah wal mau’idhotil khasanah. Bagaimana perkembangannya ?
Bermula dari sepinya desa Benda dan sekitarnya dari pendidikan agama khususnya, KH. Kholil bin Mahalli mulai merintis pendidikan agama. Meskipun metode yang digunakan beliau masih begitu sangat sederhana, yaitu sistem door to door atau dari pintu ke pintu.
Beliau sendirilah yang mendatangi rumah-rumah penduduk untuk mengajarkan ilmu agama. Hingga tahun 1911 s/d 1914 M jumlah santri beliau masih berkisar belasan dan, itu pun masih santri kalong. Pengajian berlangsung setelah Shubuh dan setelah Maghrib. Bertepatan dengan tahun 1922 M, KH Suhaemi putra kakak KH. Kholil pulang dari Saudi Arabia, beliau memperdalam Al Qur’an.
Dan karena jumlah santri yang terus bertambah pada tahun 1924 s/d 1926 M Pondok ini menambah jumlah asrama dan membangun masjid di PTQ. Sistem pendidikan pun bertambah menjadi pendidikan kitab kuning dan Al Qur’an.
Pada tahun 1931 M Pondok berhasil mendapat izin operasional dari pemerintah Belanda pada MIT (Madrasah Ibtidaiyah Thamrinussibyan).
Pada tahun 1924 M dibantu KH. Akhmad Fauzan Husein Pondok Pesantren Al Hikmah menjadi semakin pesat. Namun di tengah-tengah kepesatan tersebut terjadi revolusi fisik melawan Belanda membantu kemerdekaan RI dengan mengadakan Amiri dan Hisbullah.
Akhirnya pada tahun 1947 sampai 1948 M Belanda mengganggap bahwa Al Hikmah merupakan musuh yang cukup kuat dan menjadi markas Hibsullah. Belanda pun membumi hanguskan bangunan Pondok ini hingga hancur. Dalam peristiwa ini banyak santri, ustad dan Kiai yang menjadi korban sebagai syuhada. Karena peristiwa ini KH Suhaemi hijrah ke Kawunganten.
Tinggallah Kiai Kholil dan menantunya kembali membangun Pondok, Namun pada tahun 1952 – 1954 M terjadi peristiwa DI / TI dan tentara yang menyebar ke Kaliloka, Nagog, Karang Nangka dan Sirampog. Di Bumiayu sendiri dibentuk komandan kompi diketuai Pak Slamet. Pada tahun 1955 M Kiai Kholil wafat.
Akhirnya pada sekitar tahun 1959 M – 1960 Kiai Suhaemi pulang dari pengungsian hingga akhirnya Pondok Pesantren ini diasuh oleh Kiai Suhaemi dibantu oleh Kiai Ali Asy’ari menantu Kiai Kholil dan Kiai Mas’ud menantu Kiai Suhaemi.
Dan pada tahun 1965 M Kiai Suhaemi wafat berpulang ke Rahmatullah. Praktislah Pondok Pesantren Al Hikmah vacuum of power/ tanpa pengasuh. Pesantren pun dibina oleh pengurus, kemudian pengajian dibuat madin setingkat wustho saat itu jumlah santri putra dibawah 50.
Akhir tahun 1965, menjelang 1966 KH. Masruri dan KH Shodik meneruskan Pesantren dan mengembangkan melalui sistem kurikulum Mu’allimin –Muallimat , yang hingga sekarang masih terus dikembangkan. Begitu banyak perkembangan dalam system pendidikan namun Al QUr’an tetap diutamakan. Selain dengan membagi santri berdasarkan kelompok kemampuan di dalam pengajian Al Qur’an juga di dukung banyaknya khufadz di desa Benda.
Begitulah Al Hikmah yang selalu berusaha mengembankan potensinya, sesuai dengan namanya. Nama Al Hikmah sendiri muncul sejak Kiai Mas’ud terjun di AlHikmah, namun hingga tahun lima puluhan pondok Al Hikmah masih dikenal dengan sebutan Pondok Benda. Setelah KH. Masruri menangani Pondok dibentuklah lambang Al Hikmah dengan tetap berpijak pada motonya.
Sumber : Majalah Le Waaha (Edisi 1 /2001) penulis Bintu Subkhi – dengan adaptasi seperlunya