Adab Bertamu
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Saudara pemirsa, kitab suci Al-Qur’an menjelaskan segala hal yang dibutuhkan oleh umat manusia. Salah satu di antaranya adalah adab bertamu. Memang dalam konteks mempererat hubungan antar manusia, kunjung-mengunjungi adalah sesuatau yang sangat di anjurkan. Tetapi ada tata-cara yang diajarkan oleh agama dalam konteks kunjung-mengujungi itu.
Al-Qur’an misalnya, menceritakan ketika nabi Ibrahim ketika dikunjungi oleh tamu. Bahkan dalam ajaran agama dinyatakan bahwa tamu apabila datang dia datang membawa rizki dan apabila keluar dia keluar membawa pengampunan Allah swt. Nabi Ibrahim dikenal sebagai abu-dhaifah, tokoh yang sangat senang tamu, sampai-sampai konon rumahnya mempunyai empat pintu masuk, sehingga siapapun dan dari manapun dia bisa masuk. Al-Qur’an juga menceritakan ketika beliau kedatangan tamu-tamu dari jenis malaikat, beliau cepat-cepat (tanpa diketahui oleh suaminya) langsung menyembelih seekor kambing dan menyuguhkannya kepada mereka sambil mempersilahkannya makan dan merasa takut ketika tamunya tidak menyentuh makanannya. Betapapun, nabi Muhammad saw berpesan :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian hendaknya dia menghormati tamunya”.
Saudara, kalau demikian, tuntunan kepada yang menerima tamu. Tamupun mendapat tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya dia bertmu. Dalam Al-Qur’an, surat al-Hujurat ada disebutkan serombongan orang yang datang siang hari bolong ketika Nabi sedang beristirahat, lalu berteriak-berteriak diluar kamar beliau, meminta beliau keluar. Al-Qur’an menilai mereka sebagai orang-orang yang tidak berakal :
إِنَّ الَّذِيْنَ يُنَادُوْنَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لاَيَعْقِلُوْنَ
“… sebagian besar mereka tidak berakal”
لَوْكَانُوْا صَبَرُوْا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Seandainya mereka bersabar, sampai Engkau keluar sampai pada waktu biasanya Engkau keluar, maka itu adalah sesuatu yang baik buat mereka”.
Saudara, jika demikian perlu memilih waktu-waktu yang tepat untuk datang, bahkan mintalah waktu sebelum datang, agar tidak sia-sia kedatangan Anda, sekaligus tidak mengganggu tuan rumah. Al-Qur’an juga berpesan, bahwa jika bertamu janganlah datang terlalu cepat, seakan-akan menunggu masaknya makanan jika telah selesai makan hendaklah beranjak, jangan duduk mengobrol sehingga tuan rumah terganggu.
Nabi pernah mengalami hal demikian dari shahabat-shahabat beliau, sehingga Allah menurunkan firman-firman-Nya yang menegur mereka sambil berfirman bahwa : malu Nabi untuk meminta kalian keluar, tetapi kebenaran firman-firman Allah tidak malu untuk menyampaikan kepada kamu. Ini juga berarti bahwa tuan rumah tidak sampai mengusir tamunya, tetapi hendaknya dia bersabar menghadapi tamu yang datang itu.
Saudara, jangan duga bahwa tamu yang dimaksud adalah sesama muslim, tidak, tetapi siapupun yang datang kerumah, bahkan demi kecintaan kepada tamu, agama menganjurkan agar berdoa agara supaya Allah mengampuni siapapun yang berkunjung kerumah kita.
Seorang muslim dituntuk untuk mampu menghormati tamu, dituntut untuk melayani tamu, memberikan makan dan minum kepada tamunya, walaupun itu non muslim. Dalam suratun-Nisa ada disebutkan bahwa mereka itu, yakni orang-orang yang bertakwa :
يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَيَتِيْمًا وَأَسِيْرًا
“Mereka itu memberikan makanan, melayani mereka orang-orang miskin, anak-anak yatim dan tawanan-tawanan”. Itu berarti tawanan yang dimaksud adalah non muslim.
Saudara, disisi lain tamu hendaknya tahu diri, jangan datang makan tanpa diundang dan jangan juga apabila datang dengan diundang membawa makanan pulang, tanpa seizin tuan rumah. Itu sebahagian tuntunan agama, itu sebagian ajaran akhlak yang diajarkan oleh Al-Qur’an, yang diajarkan oleh sunah Nabi yang sungguh amat penting untuk kita perhatikan dewasa ini. Semoga kita berhasil.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اَللَّهُمَّ اهلل لَنَا طرقا إلى رحمتك وأدخلنا أبواب نعمتك
“Ya Allah, bentangkanlah jalan buat kami menuju rahmat-Mu, masukkanlah kepada pintu-pintu nikmat-Mu dan limpahkanlah kepada kami dengan kebajikan limpahan anugrah-MU”
“Ya Allah, peliharalah air muka kami dari minta-minta kepada seseorang, dan hindarkanlah kami dari menyebut-nyebut kebajikan atau mengganggu orang lain”
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
disadur dari kultum M. Qurasih Shihab