Asal Usul Nama Burdah (1)
Mungkin tak banyak orang yang tahu bahwa sebenarnya “ Burdah” bukanlah nama asli syair yang acara pembacaannya sering disebut “burdahan”. Nama asli yang diberikan oleh Imam al-Bushiri pada syair gubahannya adalah al-kawakib ad-durriyah fi al-Madh ala khair al-Bariyyah ( Bintang-Bintang Gemerlap tentang Pepujian terhadap sang Manusia Terbaik).
Akan tetapi, karena berita tentang mimpi perjumpaan Imam al-Bushiri dengan Baginda Nabi Muhammad Saw tersebar luas, nama “ Burdah” itulah yang kemudian menjadi identitas bagi syair tersebut. Nama Burdah bahkan jauh lebih popular dari pada nama aslinya. Pertanyaannya, mengapa sebuta “ Burdah” terasa begitu istimewa banya banyak orang ketika itu ?
Burdah artinya adalah jubah dari kulit atau bulu biantang. Pada awalnya burdah tidak memiliki muatan nilai sakral-historis apa-apa, selain sekadar sebutan bagi baju hangat atau jubah sederhana yang biasa dipakai oleh orang-orang Arab.
Muatan sakral tersebut muncul, ketika pada suatu hari, Nabi Muhammad Saw menghadiahkan baju burdah yang biasa Rasulullah kenakan pada Ka’ab Ibn Zuhair, seroang penyair kenamaan yang baru masuk Islam, sebagai penghargaan atas syair gubahannya yang berisi penghormatan dan sanjungan kepada Nabi Muhammad dan agama Islam yang dibawanya. Syair yang berjudul Banat Su’ad itu digubah oleh Ka’ab sebagai symbol penyesalana dan taubatnya, setelah sebelumnya dia mencerca Nabi Muhammad habis-habisan.
Sejak saat itu, burdah tesebut sepenuhnya menjadi hak milik Ka’ab Ibn Zuhair, sebagai kenang-kenangan dari Nabi Muhammad yang menurutnya tidak terhingga nilainya. Dia pun menyimpan baju itu baik-baik hingga akhir hayatnya, yaitu pada tahun 662, bertepatan dengan masa awal pemerintahan Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan.
Sumber : Burdah, antara kasidah, mistis dan sejarah. Penulis : Muhammad Adib, Penerbit : Pustaka Pesantren