Santri Sebagai Pelita Bangsa
SANTRI itu apa sih? santri yaitu sebuah julukan kepada seseorang yang belajar ilmu agama didalam pondok pesantren dengan tujuan mencari ilmu sekaligus mengabdi kepada sang kyai dan berkhidmat pada pondok pesanten, mereka sangat mudah sekali dikenali karena memiliki beberapa karakteristik yang khas, mungkin antik dimasyarakat namun lumrah di dalam pondok pesantren sendiri. Beberapa karakteristiknya atau bisa disebut ciri khasnya yaitu Santri itu memiliki sifat Tawadhu, patuh pada orang tua, takdim pada guru, berakhlakul karimah, cinta agama, bangsa dan tanah air, serta ingin bermanfaat bagi orang lain, dsb.
Sebagai unsur penting dalam kehidupan masyarakat, eksistensi santri dalam memperkaya khazanah keilmuan serta menyerukan perdamaian, mengingat santri tumbuh dan dibesarkan didalam pondok pesantren melalui banyak ajaran langsung dari sang kyai, yang sampai saat ini pesantren itu masih sangat layak disebut sebagai tempat reproduksi orang alim (ulama) yang ahli dalam suatu ilmu. Keberadaan santri sendiri harus mampu mencontohkan pola fikir atau pola sikap, serta perilakunya yang baik dimanapun tempatnya dan siap menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dimasyarakat dengan bekal keluhuran modal dan IPTEK yang ia dapatkan dipondok pesantren. Karena mereka disana tidak hanya belajar hal agama saja tetapi juga belajar bermasyarakat yang baik, hanya saja kata santri lebih condong bakatnya dalam hal agama. Tanpa melihat latar belakangnya, nilai sosial dan nilai religius harus tetap menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh santri sehingga dari sikapnya akan selalu menjadi contoh bagi orang lain.
Lalu apa kaitannya santri dengan bangsa? coba kita lihat dari sisi sejarah dalam kemerdekaan Republik Indonesia, salah satu yang menjadi pelopor kemerdekaan tidak lepas dari orang-orang pesantren yaitu kyai ataupun santri. Kiprah santri saat itu sangat terlihat jelas, eksistensinya tidak hanya memikirkan tentang kehiupan akhirat saja, mereka juga memikirkan nasib Bangsa Indonesia yang saat itu masih terbelenggu, teraniaya, ditindas, tersiksa oleh para penjajah. Bahkan santri yang hidup di masa revolusi itupun juga pernah merasakan masa penjajahan yang amat menyiksa, namun, bukan santri jika hanya dapat pasrah menerima jajahan tersebut dan putus asa begitu saja. Justru tidak lepas dari karakteristiknya yaitu memiliki rasa solidaritas cinta tanah air, cinta akan negaranya sendiri (Hubbul wathon minal iman) berbagai cara telah dilakukan oleh mereka bahkan berjuang bersama dengan kyainya
Baginya membela dan menjaga keutuhan bangsa dan negara adalah bagian dari keutuhan iman seorang muslim, bahkan kewajiban mereka dalam membela tanah air, sudah 76 tahun Indonesia telah ,merdeka berkat perjuangan para pahlawan-pahlawan nasional serta para kyai dan santri Indonesia. Karna itu pada tahun 2015 Presiden IR.Jokowi Dodo menetapkan tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional sebagai tanda penghargaan yang diberikan bangsa kepada para santri berkat perjuangannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menurut Jokowi santri merupakan pribadi muslim yang religius sekaligus nasionalis, santri dan kyai selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. Santri tidak sulit untuk mencintai bangsanya, bahkan mencintai agama dan bangsa itu dilakukan secara bersamaan, karena keikhlasan dan perjuangan para santri religius yang berdarah merah putih.
Lalu mengapa Jokowi memilih tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional? tanggal 22 oktober itu bertepatan dengan resolusi jihad dari mbah KH.Hasyim Asyhari yang merupakan pahlawan nasional Indonesia dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Meskipun Indonesia telah terbebas dari penjajah “merdeka” tentunya, peran santri masih sangat dibutuhkan agar bangsa Indonesia tetap maju, merdeka dan merdeka. Bukan hanya karena Indonesia telah merdeka , lalu para santri lepas tangan saja, coba kita lihat kebelakang, jika musuh para santri para pemuda dahulu yaitu jihad melawan para penjajah, beda dengan sekarang musuh terbesar para santri, para pemuda ada pada dirinya sendiri yaitu kemalasan. Rasul bersabda: “Jihad besar adalah melawan diri sendiri”. Jika dahulu kita mengangkat bambu runcing, sekarang kita angkat pena kita, tunjukan kita bisa memajukan Indonesia meski hanya dengan sebuah pena karena sejatinya pedang para santri itu adalah pena.
Lalu, bagaimana sih peran santri dalam memajukan bangsa di zaman sekarang ini? Ada banyak jalur yang bisa ditempuh oleh para santri dalam membangun bangsa ini. Pertama, dengan melalui jalur kekuasaan. Mereka bisa saja ikut andil dalam konstetasi panggung politik yang nanti pada gilirannya bisa menduduki kursi jabatan layaknya Presiden, DPR, DPD, Bupati, Camat, Kepala Desa, Lurah, dll. Sehingga santri memiliki peran/tugas utama dalam membangun bangsa yang lebih baik.
Kedua, jalur pendidikan, tanpa disengaja kita sudah memasuki era globalisasi dimana orang berlomba-lomba dalam menggunakan aity. Memasuki era digital ini, kita para santri dapat mengikuti perkembangan zaman tersebut, akses untuk mendapatkan berbagai informasi sangat begitu mudah. Saat ini setiap orang dapat membuat dan menyebarkan informasi melalu konten-konten diberbagai platform media digital. Hal ini dapat menjadi peluang para santri yang mempunyai cita-cita khususnya menjadi tenaga pendidik profesional yang akhirnya mampu mencetak kadar-kadar bangsa yang memiliki jiwa religius dan patriotisme. Santri dapat membuat konten yang isinya yaitu dakwah-dakwah sehingga dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Rasul bersabda: “sampaikanlah dariku meskipun hanya 1 ayat (HR.Tirmidzi)”. Hadist ini menjadi landasan kewajiban setiap orang islam khususnya santri untuk menyampaikan dakwah meski hanya dengan 1 ayat. Isi dakwahnya tentu yang sudah kita pelajari saat berada dipondok pesantren.
Santri harus bisa untuk mengajak pemuda pemudi Indonesia bergerak bersama dan harus memiliki kesadaran dan kesalehan sosial, kearifan serta kecerdasan intelektual guna mengisi kemerdekaan. Santri harus bisa mengikuti arus zaman globalisasi ini dan bisa memilah mana yang baik dan yang buruk, santri harapan bangsa, sehingga santri dijuluki hanya sebuah predikat yang tak berpangkat namun keramat.