Panjang Angan-Angan
Ketahuilah, wahai saudara-saudara sekalian -semoga Allah Swt menggugah hati kami dan kalian dari kelalaian, dan memberikan taufik kepada kami dan kalian agar bisa mempersiapkan diri untuk sebuah perpindahan dari dunia yang fana menuju tempat yang kekal abadi- bahwa termasuk hal yang paling membahayakan manusia adalah panjang angan-angan. Panjang angan-angan : merasa akan hidup kekal abadi di dunia sampai-sampai perasaan itu mendominasi hatinya sehingga amal perbuatannya hanya tertuju untuk dunianya saja.
Para Salafus-Saleh -semoga rahmat Allah tetap tercurah kepada mereka- berkata : “Barang siapa yang panjang angan-angannya, akan buruk amal perbuatannya.” Hal itu karena panjang angan-angan dapat mendorong pada tamak terhadap dunia dan menyingsingkan lengan baju (baca : bersungguh-sungguh) untuk memakmurkannya, sehingga memutuskan manusia siang dan malamnya untuk berpikir tentang kemaslahatannya, adapun tata-cara meraih dunia itu sesekali dengan hatinya pada kali yang lainnya dengan berusaha meraihnya, lalu mengambil dunia pada bagian luarnya saja, maka jadilah jiwa dan raganya terpedaya untuk terus berusaha meraih dunia, jadi untuk urusan dunianya dia bersegera hingga menyingsingkan lengan baju, sementara untuk urusan akhiratnya dia menunda-nunda bahkan melalaikannya, padahal seyogyanya yang dia lakukan adalah sebaliknya, yaitu bersungguh-sungguh meraih akhirat yang merupakan tempat yang kekal dan abadi serta sebagai tempat tinggal, dan sungguh Allah Swt dan Rasul-Nya Saw telah memberitakannya bahwasannya : Seseorang tidak dapat meraih (kebahagiaan di) akhirat tanpa berusaha dengan sungguh-sungguh serta menyingsingkan lengan baju demi mendapatkannya.
Adapun dunia adalah tempat yang akan sirna dan tempat persinggahan yang tidak lama kemudian dari dunia akan segera pergi menuju akhirat, lalu dunia ditinggalkan jauh di belakang, tidaklah diperintahkan untuk mencarinya (dunia) dan tamak terhadapnya, bahkan hal itu dilarang di dalam kitab Allah Swt dan sunnah Rasul-Nya Saw, dan bagian dari dunia yang telah ditetapkan bagi seseorang tidak akan terlewatkan sedikitpun, walaupun dia tidak mencarinya, akan tetapi selama dia memiliki panjang angan-angan, maka hal itu akan membawanya kepada tamak terhadap dunia dan menunda-nunda urusan akhirat, oleh karena itu perihal kematian tidak dapat memperingatkannya, tidak dapat mendorongnya mempersiapkan diri (menghadapi kematian) dengan amal saleh, namun dia hanya berjanji pada dirinya sendiri -karena disibukkan oleh urusan dunia- akan mempersiapkan itu semua suatu saat nanti, seolah ajal ada ditangannya sehingga dia bisa mati kapan saja dia suka. Ini semuanya karena pengaruh buruk dari panjang angan-angan, camkanlah wahai saudara-saudara sekalian -semoga Allah merahmati kalian- dan jadikanlah menunda-nunda dan mengakhirkan itu untuk urusan dunia dan bersegera serta menyingsingkan lengan baju untuk urusan akhirat, sebagaimana sabda Nabi Saw :
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ لاَتَمُوْتُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ مَيِّتٌ غَدًا.
“Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu tidak akan mati selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”
Wahai saudara-saudara sekalian, rasakanlah dekatnya kematian, karena kematian, sebagaimana disebutkan di dalam Hadits adalah : Aqrabu ghâibin yantazhiru / hal gaib paling dekat yang ditunggu. Sementara manusia (seseorang) tidak tahu mungkin ajalnya tinggal sebentar lagi, sementara dia sedang menghadap dunianya dan berpaling dari akhiratnya, kalau kematian menghampirinya dalam keadaan seperti itu maka (berarti dia akan) kembali kepada Allah dalam kondisi tidak siap untuk menemui-Nya, barangkali dia akan berharap penundaan pada saat kematian menghampirinya akan tetapi harapannya tidak terpenuhi karena penundaan itu tidak mungkin terjadi, sebagaimana firman Allah Swt :
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ. لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلاَّ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ.
Maknanya : sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka (orang-orang kafir), dia berkata, “Tuhan Pemeliharaku, kembalikanlah aku (ke dunia), supaya aku beramal saleh pada apa (yakni sebagai ganti) yang telah aku tinggalkan (berupa waktu, kekayaan dan nikmat yang Engkau anugerahkan kepadaku) !” (Malaikat berkata) : “Sekali-kali tidak ! sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, (tanpa sedikitpun mendatangkan manfaat), sedang di hadapan mereka ada (alam) barzakh (alam barzakh : adalah alam kubur di mana manusia hidup setelah kematiannya di dunia dan bahwa mereka meresakan nikmat atau siksa kubur. Mereka terus akan berada di sana) sampai hari mereka dibangkitkan (dari kubur masing-masing).” (Al Mukminun : 99-100). Oleh karena itu, maka tidak akan berpanjang angan-angan dan menunda-nunda beramal (saleh) serta lalai dari mempersiapkan diri menghadapi kematian kecuali orang yang dungu lagi terpedaya, Rasullah Saw bersabda :
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ -يَعْنِى حَاسَبَهَا- وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ. وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ اْلأَمَانِي.
“Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menundukkan hawa nafsunya -maksudnya mengaturnya- dan beramal untuk bekal setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, dan berharap kepada Allah memperoleh kesejahteraan.” Maka disebut berpanjang angan-angan orang yang menuruti hawa nafsunya dan tertipu oleh angan-angan kosongnya (harapan-harapan bohong).
Sebagian Salafus-Saleh -semoga Allah meridhai mereka- berkata : Seandainya kalian melihat ajal dan perjalanannya, pasti kalian akan benci kepada angan-angan dan tipu dayanya.
Sementara yang lain berkata : Berapa banyak orang yang tidak dapat menjumpai harinya secara penuh, dan berharap esok hari tapi tidak tidak pernah dia temui. Lainnya lagi berkata : Banyak orang yang diliputi oleh canda tawanya, padahal kain-kain kafannya telah selesai diseterika.
Dalam Hadits disebutkan :
يَنْجُوْ أَوَّلُ هَذِهِ اْلأُمَّةِ بِالزُّهْدِ وَالْيَقِيْنِ، وَيَهْلِكُ آخِرُهَا بِالْحِرْصِ.
“Yang awal dari umat ini selamat sebab zuhud dan yakinnya, sedangkan yang akhir hancur sebab tamak dan panjang angan-angan.”
Sayidina ‘Ali -semoga Allah meridhainya- berkata : Hal yang aku khawatirkan dari kalian adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu akan mengakibatkan berpaling dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan menyebabkan lalai dari akhirat, orang yang lupa akhirat tidak akan beramal untuknya, dan orang yang tidak beramal untuk akhirat akan mendatanginya dalam keadaan rugi dari amal saleh dimana tidak ada keselamatan dan keberuntungan sama sekali di akhirat tanpanya, maka jika orang tersebut ketika itu meminta agar dikembalikan lagi ke dunia untuk beramal saleh supaya keadaannya berubah, bertambahlah kesengsaraan dan penyesalannya karena penyesalan sudah tidak berarti lagi.
Ketahuilah bahwa manusia dalam hal angan-angan terbagi menjadi tiga golongan :
Golongan pertama : Orang-orang terdahulu, yaitu para Nabi dan Shiddiqin (Shiddiqin , yaitu orang-orang dengan pengertian apapun selalu benar dan jujur. Mereka tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebenaran. Mereka selalu mendapat bimbingan Ilahi, walau tingkatnya berada di bawah tingkat bimbingan yang diperoleh para Nabi dan Rasul), bagi mereka tidak ada angan-angan sama sekali, mereka selalu merasa kematian akan segera menghampiri, bersiap-siap menghadapi kematian dengan selalu menghadap kepada Allah dan menaati-Nya, kosong sama sekali dari kesibukan dunia, selain sebatas kebutuhan primer mereka atau kebutuhan orang-orang yang mengikuti mereka. Dan cara mereka menghadap Allah serta akhirat telah mencapai tingkat yang seandainya dikatakan kepada salah seorang diantara mereka : “Sungguh kamu akan mati besok,” maka sudah tidak ditemukan lagi tempat untuk menambah atau meningkatkan lagi amal salehnya, karena dia telah sampai pada puncak tertinggi kebaikannya, begitu juga sudah tidak ada lagi hal (buruk) yang perlu ditinggalkan, karena dia telah meninggalkan segala sesuatu yang seseorang tidak suka jika kematian menghampirinya dalam keadaan itu. Selanjutnya berkaitan dengan perihal golongan pertama yang mulia ini, ada isyarat dari sabda Nabi Saw :
وَالَّذِي نَفْسِى بِيَدِهِ مَا رَفَعْتُ قَدَمِي فَظَنَنْتُ أَنِّي أَضَعُهَا حَتَّى أُقْبَضُ، وَلاَ رَفَعْتُ لُقْمَةً فَظَنَنْتُ أَنِّي أُسِيْغُهَا حَتَّى أَغُصَّ بِهَا مِنَ الْمَوْتِ … اَلْحَدِيْثَ.
“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya tidaklah aku mengangkat telapak kakiku (kecuali) aku mengira tidak dapat menapakkannya kembali, karena kematian telah menghampiriku, dan tidak pula aku angkat sesuap makanan (kecuali) aku ragu dapat menelan sesuap makanan itu sampai aku tersendat olehnya karena mati…”dst.
Dan konon Nabi Saw terkadang melakukan tayammum padahal air tak jauh dari beliau, ketika hal itu ditanyakan, beliau menjawab :
لاَ أَدْرِيْ لَعَلِّي أَبْلُغُهُ
“aku tidak tahu, jangan-jangan aku tidak dapat meraih air itu.”
Golongan kedua : Muqtashidun (orang-orang yang menempuh jalan yang lurus) dari orang-orang yang terpilih, dan al Abrar (orang-orang yang banyak kebajikannya), mereka memiliki sedikit angan-angan yang tidak sampai menjadikan mereka lalai kepada Allah, lalai mengingat-Nya, lupa akhirat, memalingkan mereka dari mempersiapkan diri menghadapi kematian, dan tidak sampai menjerumuskan mereka pada gemerlap dan perhiasan dunia, serta terpedaya oleh pernak-pernik dan kesenangan dunia yang fana lagi tidak sempurna. Akan tetapi golongan kedua ini tidak diberi kekuatan seperti golongan yang pertama, seperti setiap saat merasa kematian akan segera menjemput, kalau seandainya kelompok kedua ini selalu merasa seperti itu pasti kebutuhan pokok kehidupannya akan terbengkelai, dan terkadang urusan akhiratnya yang terbengkelai karena kelalaian dan kebingungan meliputi mereka, sebab memang selalu merasa akan datangnya kematian merupakan sesuatu yang sangat berat, yang tidak ada satu kekuatanpun yang mampu menanggungnya selain kekuatan kenabian atau keimanan yang benar lagi sempurna.
Namun di satu sisi dikatakan : “Bahwa sebagian angan-angan termasuk rahmat,” maksudnya angan-angan yang seandainya angan-angan itu tidak ada maka akan terguncanglah urusan agama dan dunia, sebagaimana ditunjukkan oleh keterangan bahwa Allah Swt ketika mengeluarkan anak cucu Adam As pada hari penetapan perjanjian di suatu tempat (lihat surah al-‘araf : 172-173), Malaikat melihat betapa banyaknya anak cucu Adam As, lantas para Malaikat berkata : “Wahai Tuhan Pemelihara kami, dunia tidak dapat menampung mereka !” Allah Swt berfirman : “Sesungguhnya Aku menjadikan kematian”; Malaikat berkata lagi : “Kehidupan tidak akan membahagiakan mereka,” kemudian Allah Swt berfirman : “Sesungguhnya Aku menciptakan angan-angan.”
Diriwayatkan dari Nabi Saw : “Bahwa para Malaikat berkata kepada keluarga orang yang telah meninggal ketika mereka telah pulang dari pemakamannya, (kata Malaikat) pulanglah kalian menuju dunia kalian, semoga Allah melalaikan kalian dari orang yang telah meninggal di antara kalian.” Padahal para Malaikat As tidak mungkin mendoakan orang-orang yang beriman dengan keburukan, yaitu berupa panjang angan-angan yang tercela, akan tetapi mendoakan dengan kebaikan, yaitu pendek angan-angan, maksudnya angan-angan yang tidak melalaikan dari akhirat, dan angan-angan yang mempermudah kehidupan yang tidak bisa dihindari. Wallahu a’lam.
Golongan ketiga : Mereka adalah orang-orang yang terpedaya (Maghrûrûn) dan orang-orang yang dungu (ahmâq), yang memiliki angan-angan yang sangat panjang hingga melalaikan akhirat, lupa mengingat kematian, menyintai dunia sepenuh hati, tamak dalam meramaikan dunia, mengumpulkan barang-barang tidak berharganya dunia, terpedaya oleh gemerlapnya dunia, serta memandang keindahan dunia dimana Allah Swt telah melarang Nabi-Nya As dari mengarahkan pandangan Nabi tertuju padanya, Allah Swt berfirman :
وَلاَ تَمُدُّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى.
Maknanya : janganlah sekali-kali engkau mengarahkan kedua matamu (jangan memberikan perhatian yang besar) kepada apa yang dengannya Kami telah menyenangkan golongan mereka (orang-orang kafir) sebagai bunga kehidupan dunia supaya Kami menguji mereka dengannya. Dan rezeki Tuhan Pemelihara kamu lebih baik dan lebih kekal ! (Thâhâ : 131). Perhatikanlah, hampir tak seorang pun di antara mereka yang mengingat akhirat, dan tidak pula memikirkannya, tidak sedikitpun terbesit urusan kematian dan dekatnya ajal, dan seandainya terbesit itu sangat jarang sekali dan itupun sama sekali tidak berpengaruh dalam hatinya, dan karena kekhawatirannya akan pengaruh dari mengingat mati dan dekatnya ajal itu dia berpaling dari memikirkannya serta memasukkan dalam dirinya hal-hal yang bisa melupakannya, sampai-sampai tidak ada kegamangan sama sekali dalam dirinya untuk terus menuju kepada dunia dan bersenang-senang dengan kenikmatan dan syahwat dunia.
Angan-angan seperti itulah yang melampui batas, tercela secara mutlak, dan orang yang memilikinya tergolong orang-orang yang rugi yaitu orang-orang yang harta serta anak-anaknya telah melalaikan mereka dari mengingat Allah Swt, dan ketika kematian menghampirinya kemudian akhirat telah nyata baginya, dia akan berkata : “Tuhan Pemeliharaku, hendaklah kiranya Engkau tangguhkan aku ke waktu yang dekat…” Ini sesuai dengan penjelasan yang telah disebutkan oleh Allah Swt dalam Kitab-Nya, ketika Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ. وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ. وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
Maknanya : Hai orang-orang yang beriman ! Jangan sampai harta kamu dan jangan (juga) anak-anak kamu melengahkan kamu dari mengingat Allah ! Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang rugi. Dan nafkahkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada kamu, sebelum datang, kepada salah seorang dari kamu, kematian, lalu dia berkata “Tuhan Pemeliharaku, hendaklah kiranya Engkau tangguhkan aku ke waktu yang dekat supaya aku bersedekah, dan aku menjadi bagian dari orang-orang yang saleh.” Dan Allah tidak akan menangguhkan satu jiwa apabila telah datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Munâfiqûn : 9-11).
Dan telah sampai (penjelasan) kepada kita bahwa Malaikat Maut As akan memperlihatkan diri kepada seseorang ketika ajalnya telah hampir mendatanginya, lalu Malaikat Maut memberi tahunnya, kemudian orang itu berkata kepada Malaikat Maut : “Wahai Malaikat Maut, tangguhkanlah aku sebentar supaya aku bisa bertaubat dan memohon ampun kepada Tuhan Pemeliharaku,” Malaikat Maut pun menjawab : “Telah berulang kali kamu ditangguhkan dan dipanjangkan umurnya akan tetapi kamu tidak mau bertaubat dan kembali kepada Tuhan Pemeliharamu hingga saat ini. Sekarang telah habis waktumu dan telah sampai ajalmu, jadi tidak ada lagi jalan (kesempatan) untuk menangguhkanmu (menunda ajalmu).”
Ya Allah, Wahai Dzat Yang Maha Mulia, jadikanlah kami orang-orang yang dapat mengambil manfaat dari peringatan-Mu, orang-orang yang mengikuti kitab dan utusan-Mu, dan orang-orang yang berkumpul dalam taat kepada-Mu. Wahai Tuhan Pemelihara kami, wafatkanlah kami sebagai Muslim, pertemukanlah kami dengan orang-orang yang saleh, dan orang-orang tua kami, serta kekasih-kekasih kami, dengan berkat rahmat-Mu Wahai Dzat Yang Maha Berbelas Kasih. Amin.