Nasihat-Nasihat Prof.Dr.Syiekh Ahmad Muhammad Nur Saef
Ahad 23 Mei 2010, Al-Hikmah 2 kedatangan tamu agung dari Universitas Ummul Qurra’ Makkah Al-Mukarramah, Prof. Dr Syekh Ahmad Muhammad Nur Saef.
Sebelum acara yang berlansung di masjid An-Nur (13.00-15.00) itu dimulai, KH. Masruri Abdul Mughni pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah 2, menghimbau kepada hadirin dan para santri pada khususnya agar mempersiapkan alat tulis untuk mencatat hal-hal penting yang akan disampaikan nanti.
Alhamdulillah, kita patut bersyukur atas rawuh-nya Syekh, yang di sela-sela kesibukannya di Makkah, sebagai Direktur Kajian Islam, Konsultan Kajian Fikih Maliki dll, menyempatkan diri untuk berkunjung ke Indonesia. Demikian, KH. Mukhlas Hasim MA, salah satu Pembina Pondok, mengwali pembicaraannya dalam membuka acara, yang dalam hal ini bertindak sebagai mutarjim (penerjemah) ceramah yang disampaikan oleh Syekh tersebut.
Syekh yang bermadzhab Maliki dan dilahirkan di Dubai, Uni Emirat Arab 1358 H itu, dalam kesempatan ceramahnya memberikan nasihat kepada generasi muda agar :
1.Memafaatkan usia mudanya untuk mencari ilmu yang bermanfaat.
2.Beradab yang baik dengan mencontoh para salafus-shalihin, sebab ilmu tanpa adab tidak ada gunanya.
أَقْرَبُ النَّاسِ مَنْزِلَةً إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَاسِنُهُمْ أَخْلاَقًا
“Orang yang paling dekat kedudukannya dengan Nabi Saw, adalah yang paling baik akhlaknya”
أَدَّبَنِي رَبِّي فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِي
“Tuhanku telah mengajarkan adab kepadaku, lalu Tuhan-pun membaguskan adabku”
Selanjutnya Syekh yang sudah berusia 73 tahun itu memperjelas keterangannya berkaitan dengan adab : Adab itu bagaikan ruh bagi jasad, jadi ilmu tanpa adab seperti jasad tanpa ruh, ia tidak akan berguna. Beliau juga mempertegas bahwa adab itu meliputi semua hukum syariat.
Lalu beliau mengisahkan tentang Yahya bin Yahya An-Naisaburi, salah seorang murid Imam Malik bin Anas (pencetus Madzhab Maliki), sebelum pulang ke daerah asalnya (Naisabur), ia menggunakan waktunya setahun penuh untuk meniru, mencontoh segala tindak tanduk gurunya, Imam Malik. Jadi ia akan tidur sebagaimana Imam Malik tidur, berjalan sebagaimana Imam Malik berjalan, berbicara dan lain sebagainya.
Disamping itu Syekh juga menyampaikan bahwa kitab-kitab yang telah disusun oleh para Ulama, seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim dll, semuanya menyertakan bab Adab secara terpisah di dalamnya, menimbang sangat penting adab tersebut.
Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya berkaitan dengan bagaimana cara memperoleh adab : Adab dapat diperoleh dengan mencintai Nabi Saw.
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتىَّ أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sekalian, sebelum aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan semua manusia”
Dan sebagai tanda bukti cintanya ialah dengan mengikuti perintahnya,
Firmah Allah Swt :
قل إن كنتم تحبون الله فأتبعونى يحببكم الله ويغفرلكم ذنوبكم. والله غفور رحيم
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Ali ‘Imran : 31)
Namun mencintai Nabi Saw, tidak cukup hanya dengan mengikutinya belaka, akan tetapi harus ada perasaan dalam hati, bahwa dia memang bersungguh-sungguh mencintainya.
Berkaitan dengan cinta ini, syekh menceritakan kisah sayyidina ‘Umar ra, yang menyampaikan dengan jujur perasaannya kepada Nabi Saw : Wahai Nabi Saw, aku mencintaimu lebih daripada aku mencintai semua orang, akan tetapi tidak lebih dari cintaku kepada diriku sendiri, apakah itu sudah cukup wahai Nabi ? lalu Nabi menjawab, belum wahai ‘Umar : “Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sekalian, sebelum aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan semua manusia”.
Tahukah Engkau wahai ‘Umar, mengapa demikian, sebab Aku, Rasulullah, telah menyelamatkanmu dan orang-orang arab dari tepi jurang kekufuran yang bisa mengantarkanmu sekalian masuk neraka, menuju cahaya iman yang dapat mengantarkanmu sekalian masuk surga.
Firman Allah Swt :
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا . واذكروا نعمت الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا وكنتم على شفا حفرة من النار فأنقذكم منها . كذلك يببن الله لكم أيته لعلكم تهتدون
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah memper-satukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Ali ‘Imran : 31)
Perhatikan, betapa banyak nikmat Allah Swt, hingga tidak dapat terhitung saking banyaknya, renungkan nikmat panca indra, hingga nikmat Iman dan Islam.
Firman Allah Swt :
وأتكم من كل ما سألتموه. وإن تعدوا نعمت الله لا تحصوها . إن الإنسان لظلوم كفار
“Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (Q.S. Ibrahim : 34)
Kenikmatan-kenikmatan yang banyak tersebut adalah amanah dan setiap orang akan dimintai pertanggung jawabann atas amanah yang diembannnya.
Firman Allah :
يوم تشهد عليهم ألسنتهم وأيدهم وأرجلهم بما كانوا يعملون
“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”. (Q.S. An-Nur : 24)
Semua amal perbuatan harus dijalankan dengan ikhlas, sebab ikhlas adalah bekal untuk meraih amal perbuatan yang telah dikerjakan.
Lalu setelah selesai memberikan nasihat, Syekh menutupnya dengan doa.
اَلدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
“Doa adalah otak dari ibadah”. Demikian, Wallah ‘Alam. (Hans)