Meski Gubuk Reot, Jalan Hidup Lebih Bahagia!
Pengelanaan selama liburan kemarin sungguh menakjubkan hasilnya, bagaimana tidak? Achan (Penulis) akhirnya dapat menemukan gubuk dimana ia harus melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Emma” nama samaran, Insyaallah pilihan yang paling tepat, meski gubuk yang ku diami ini terbuat dari bambu yang mudah reot, dan atap yang bolong-bolong.
Namun semua perkara itu terasa indah, diibaratkan burung tidak ingin lari keluar sangkar lagi karena sudah menemukan kawan yang 100% yang super dahsyat, masyaallah. Kau beri aku yang lebih dari harapan, Alhamdulilah.
Di gubuk sana, kutemukan kawan yang bermacam macam karakter, skill dan ruhaniah super.
Super sekali, menemukan teman yang kelegowoan hatinya terbentang sudah. Rela meninggalkan beasiswa ke luar negri dan memilih untuk mengaji di ma’had aly. Berjumlah 4 orang mereka memilih untuk tinggal di gubuk yang pagarnya mudah reot dan atap yang bolong bolong, lantas “ada apa dengan gubuk reot?”.
Jawabanya, bisik-bisik; karena panggilan suara hati!
Cerita dari mas Fahmi Zakaria Al Anshori siap ke Turkey, Ukhti Mia siap ke Yaman, mas Aziz Muslim ke Mesir dan mba Fasicha S1 di kedokteran, mereka memiliki kesamaan, sudah memiliki jalan yang amat baik. Hanya menenteng koper dan jalan saja, tetapi apa kata suara hati mereka?.
Makadari itu, jangan sia-siakan keberadaanya selama digubuk reot itu, kita terus dan teruslah untuk menimba ilmu kepada nya. Bila tuhan menghendaki, gubuk reot itu menjadi bangunan kokoh seperi kokohnya bangunan yang ada di negri para wali, bisa jadi.
Tidak ada kata lain, sekuncup cerita diatas hanya sebagai motifasi kita, dimanapun tempatnya kita harus tetap semangat untuk menjalani hidup, agar hidup kita menjadi lebih baik lagi. Berusaha itu perlu, tetapi hasil hanya milik Allah SWT saja.