Mengambil hikmah di setiap aspek dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW
oleh: Syafiqotul Athiya
Membahas kisah manusia paling mulia, Kanjeng Nabi Muhammad saw, memang tidak ada habisnya dan tidak ada bosannya. Selalu banyak keteladanan dan hikmah yang bisa dipetik.
Tapi agaknya, kita harus naik level, mempelajari sirah Nabi tidak berhenti di ‘sekedar tahu’, tapi juga mengulik hikmahnya, mengambil pelajarannya, dan mengaplikasikan dalam keseharian (Aamiin)
Contoh kecil, satu poin unik yang cukup menarik perhatian saya adalah tentang yatimnya Nabi sejak kecil.
Mungkin sejak di bangku TK kita sudah hafal di luar kepala, biasanya sambil dinyanyikan, bahwa Nabi lahir dalam keadaan yatim (menurut pendapat yang rajih).
Tapi apakah pernah terbesit “kenapa?”, jika jawabannya adalah takdir ya semua hal adalah takdir. Namun tidak ada takdir Allah kecuali terdapat hikmah yang sangat luar biasa.
Inilah yang kemudian banyak ulama yang berijtihad tentang hikmah-hikmah dibalik kejadian ini. Diantaranya;
- Kehidupan Nabi diambil alih langsung oleh Allah. Dibesarkan dengan rahmat-Nya, hikmah-Nya, inayah-Nya, petunjuk-Nya, dan penjagaan-Nya
- Sebagai tanda kenabiannya dan kebenaran dakwahnya.
- Menghindarkan Nabi agar tidak condong ke jabatan dan harta dunia
- Meskipun ditinggal ayahnya sejak sebelum lahir, hal ini tidak berpengaruh terhadap kepribadian Nabi, karena Allah sudah mempersiapkan kakeknya, Abdul Muthalib, untuk menjaganya dan membesarkannya.
Beberapa ulama seperti Imam Nawawi juga berijtihad tentang hikmah hal ini, diantaranya, menurut beliau, posisi nabi sebagai yatim dan termasuk golongan murtad’afin adalah pengalaman berharga ketika nantinya menjadi Rasul, menumbuhkan empati yang tinggi kepada golongan lemah.
Juga bukti bahwa kita sejatinya adalah makhluk lemah, dan Allah lah yang mengangkat derajatnya dan memuliakannya. Wallahu Alam