Mencari Yang Halal
Oleh : Hanif Hidayatullah
Pernah suatu ketika sahabat Abu Bakar as-Shidiq ra, memasukkan tangan ke dalam mulutnya sampai beliau muntah-muntah hampir mati. Demikian itu beliau lakukan setelah mendengar bahwa air yang baru saja diminumnya adalah mengandung syubhat (belum jelas halal haramnya). Pelayan beliau menemukan sehelai kain untuk sekelompok orang, kemudian ia diberi imbalan segelas air susu yang diberikan kepada Abu Bakar. Lalu Abu Bakar berkata : Ya Allah, sungguh aku telah berdosa dari apa yang telah bercampur dengan keringat dan bercampur dengan usus ini.
Subhanallah, betapa beliau sangat menjaga diri dari hal yang barangkali menurut kita itu jelas halalnya, bagaimana dengan yang menurut kita jelas syubhat atau bahkan jelas haramnya, pastilah beliau jauh dan menjauhi semua itu.
Rasulullah saw bersabda :
طَلَبُ الْحَلاَلِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari yang halal adalah wajib atas setiap muslim”. Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda :
طَلَبُ الْحَلالِ فَرِيضَةٌ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ
“Mencari yang halal adalah kefardhuan setelah kefardhuan”. Bahkan Beliau saw, juga menjelaskan bahwa mencari rizki yang halal itu merupakan jihad :
طَلَبُ الْحَلاَلِ جِهَادٌ
“Mencari yang halal adalah jihad”.
Dicerikan bahwa sahabat Sa’id memohon kepada Rasulullah saw, agar Beliau mendoakan dirinya agar doanya selalu dikabulkan oleh Allah. Lalu Rasulullah saw, bersabda : “Perbaikilah makanan niscaya doamu akan diterima-Nya”. Kalau ingin doanya terkabul, perhatikanlah makanan. Semoga kita dipermudah untuk memperoleh yang halal. Amin.
(Sumber : Fatihul ‘Ulum Epistimologi Pesantren, karya Al-Ghazali yang telah diterjemahkan oleh Muhammad Adib, hal. 199-201 dan Maktabah Syamilah).
*Tenaga Pendidik di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2