Mempercayai Hari Naas
Soal : Bolehkah berkeyakinan terhadap hari naas, misalnya hari ketiga atau keempat pada tiap-tiap bulan, sebagaimana tercantum dalam kitab Lathaiful Akbar ?
Jawab : Muktamar memilih pendapat yang tidak membolehkan.
Keterangan, dalam kitab Fatawi Haditsiyah :
مَنْ يَسْأَلْ عَنِ النَّحْسِ وَمَا بَعْدَهً ِلإِيْجَابِ اْلاِعْرَاضِ عَنْهُ وَتَصْفِيْهِ مَا فَعَلَهُ وَيُبَيِّنُ قُبْحَهُ وَاِنَّ ذَلِكَ مِنْ سُنَّةِ الْيَهُوْدِ لاَ مِنْ هَدْيِ
الْمُسْلِمِيْنَ الْمُتَوَكِّلِيْنَ عَلىَ خاَلِقِهِمْ وَبَارَئِهِمْ الَّذِيْنَ لاَ يَحْسَبُوْنَ وَعَلىَ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ. وَمَا يُنْقَلَ مِنْ اْلاَيَّامِ اَلْمَنْقُوْطَةِ وَنَحْوِهَا عَنْ
عَلِيِّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ بَاطِلٌ كَذِبٌ لاَ أَصْلَ لَهُ فَلْيَحْذِرْ مِنْ ذَلِكَ ——-الفتاوي الحديثيه
Barang siapa bertanya tentang hari sial dan sesudahnya untuk mendatangkan kehormatan dan memilih apa yang harus dikerjakan serta menjelaskan keburukannya, semua itu merupakan kebiasaan orang Yahudi dan bukan petunjuk orang Islam yang bertawakkal kepada penciptanya yang senantiasa tidak pernah menghitung terhadap Tuhannya serta bertawakal. Dan apa yang dinukil tentang hari-hari nestapa dari Sahabat Ali adalah batil dan dusta serta tidak ada dasarnya sama sekali, maka berhati-hatilah dari semua itu
Sumber : Solusi Problematikan Hukum Islam – keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes – Nahdlatul Ulama (1926 – 2004).