Rabu (19/7) kemarin merupakan hari istimewa bagi Ponpes. Al Hikmah 2 karena adanya peringatan haul Abah Masruri. Bukan berarti Abah hanya dikenang pada hari itu saja. Ajaran, tindhak-tandhuk, dan dawuh-dawuh beliau tetap meresashirt cristiano ronaldo air max goaterra 2.0 custom made basketball jerseys yeezy boost 350v2 durex extra time price human hair wigs adidas adilette 22 stockx nike jordan proto max adidas juventus 22 23 durex extra time price nike jordan proto max nike san diego padres dallas cowboy shop human hair wigs aguilas cibae?as jerseyp pada kehidupan sehari-hari. Hanya saja pada hari itulah para keluarga, murid, santri, warga, alumni, serta berbagai pihak lainya serentak membacakan doa dan melempar kembali kenangan akan kabaikan beliau.
Dari situ kami mendapat keterangan dari beberapa alumni yang menjadi saksi hidup beliau. Mereka adalah Tulus Yunianto(33), Nur Fatah(32), dan Anwar Ardani(33). Ketiganya merupakan santri kelulusan MA Alhikmah 2 tahun 2008 yang kini sama-sama berprofesi sebagai guru.
“Abah itu adalah sosok yang sangat-sangat sabar. Ketika mengajar itu suaranya sangat bagus. Apalagi ketika membacakan nadzom, syair, itu bikin kangen sampai sekarang.” ujar Tulus.
Ia menambahkan bahwa Abah adalah sumber motivasi santri. Sebandel apapun mereka akan tetap tunduk dan hormat ketika berhadapan dengan beliau. Hal itu terjadi karena kewibawaan, muro’ah, dan karisma beliau yang begitu besar,
Nur Fatah mengatakan, Abah adalah sosok pendidik sejati yang tidak pernah meninggalkan santrinya. Sejauh apapun beliau pergi, Abah akan tetap mengajar selepas beliau pulang.
“Saya tuh paling ingat, kalau pagi kan ngaji Jalalain. Seringkali Abah baru kondur dari Semarang, mobil bener-bener baru masuk, Abah ambil kitab, dan langsung ke masjid buat mengajar. Jadi nggak istirahat dulu”
Fatah juga menerangkan bahwa itu merupakan salah santuk bentuk cinta Abah terhadap ilmu dan santri. Beliau selalu mengingatkan bahwa sebagai santri, jika tidak mengaji maka belajar. Selalu membuka kitab dan buku semampu kita.
Sedangkan Anwar menuturkan bahwa sesabar apapun Abah, beliau adalah sosok yang tegas perihal solat berjamaah.
“Saya pernah sekali telat solat maghrib, beliau ikut jamaah, langsung disabet sama beliau.”
Selain itu, barangkali yang paling membekas adalah sikap Abah sebagai guru yang mereka jadikan panutan. Menjadi guru bukan hanya tentang masuk kelas, memberikan materi, lalu pergi. Abah tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan contoh dihadapan murid-muridnya.
“Bahkan ketika ada tamu, ngajinya diselesaikan dulu. Tamunya disuruh nunggu, siapapun itu tamunya.” imbuh Anwar.
Begitulah sekilas kisah hidup Abah yang bisa kita dengar dari cerita di masa lalu. Sosok yang lembut dengan tutur kata yang halus. Hendaknya kita sebagai santri Abah selalu meneladani dan menjaga peninggalan-peninggalan beliau. Ilmunya, adabnya, dan pondok tercinta ini.