Idul Fitri
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Alhamdulillah Ramadhan berkemas-kemas meninggalkan kita, Idul Fitri dalam perjalanannya menemui kita. Ramadhan berpisah dengan kita, dan kita berucap seperti ucapan orang-orang arif :
مُوَدَّعْ مُوَدَّعْ يَارَمَضَانُ مُوَدَّعْ عَلَيْنَا بِالْغُفْرَانِ
“Selamat tinggal wahai Ramadhan, tinggalkanlah kami disertai dengan pengampunan dari Allah Swt.”
Idul Fitri kita sambut, kita sambut dengan suka cita dan bahagia, karena kita mengharap bahwa dengan kedatangannya kita kembali kepada fitrah kesucian kita, dengan kedatangannya kita seperti yang dilukiskan oleh Rasul Saw. mudah-mudahan menjadi seperti halnya seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya, terbebaskan dari dosa, terbebaskan dari noda.
Memang Idul Fitri adalah momentum yang sangat baik untuk saling maaf memaafkan. Anda tidak perlu malu, tidak perlu merasa kehilangan air muka untuk meminta maaf, karena ini waktunya, kalau tidak sekarang kapanlagi dan kalauAnda tidak minta maaf atas kesalahan, maka dikhawatirkan Anda tidak termasuk orang yang kembali kepad fitrah, yang kembali kepada kesucian, yang kembali seperti bayi yang tidak menanggung dosa atau noda.
Saudara pemirsa, Al-Qur’an menyatakan bahwa tidak sama keburukan dengan kebaikan, maka jika ada keburukan yang pernah menimpa Anda maka tolaklah keburukan itu dengan berbuat baik. Niscaya kata Al-Qur’an :
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ
Orang yang tadinya sengketa dengan kamu, yang kamu bermusuhan dengannya, jika engkau menghadapinya dengan berbuat baik, niscaya dia akan berbalik menjadi temanmu yang sangat akrab.
Kenapa demikian, karena para psikologpun menyatakan bahwa di setiap cinta ada benci, di setiap bencipun ada cinta. Pada saat Anda menghadapi seorang yang pernah membenci Anda dengan baik-baik, menghadapinya dengan lemah lembut, menghadapinya dengan kasih dan kebajikan, maka benih-benih kecintaan yang terpendam di dalam hatinya akan muncul secara tiba-tiba dan ketika itulah dia akan menjadi sahabat Anda yang paling akrab.
Kalau kita mempersilahkan bulan Ramadhan berangkat meninggalkan kita dengan harapan kiranya Allah mengampuni dosa-dosa kita, maka Idul Fitri kita sambut dengan ucapan :
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
“Semoga Allah menerima semua amal-amal kebajikan kami semua”. Serta :
مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
“Semoga kita termasuk kelompok yang kembali dalam fitrah kesucian dan semoga kita kelompok yang meraih kemenangan”.
Saudara, menarik kita hayati bahwa ucapan kita :
مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
itu kita kemukakan dalam bentuk plural, dalam bentuk jamak. Kita ingin termasuk bersama-sama dalam kelompok orang-orang yang meraih kemenangan. Kita ingin termasuk bersama-sama dalam kelompok orang-orang yang meraih kemenangan.
Saudara, Al-Qur’an tidak mengajarkan kita untuk berdoa “Semoga saya termasuk kelompok termasuk orang-orang yang meraih kemenangan” tetapi “Semoga kita”, karena ajaran agama kita, ajaran agama Islam selalu mengajarkan kebersamaan. Itu sebabnya tidak ditemukan di dalam Al-Qur’an kata yang menunjuk kata “saya menang : أَفُوْزُ” kecuali sekali, itupun diucakan oleh orang-orang yang tidak tersentuh keimanan di dalam hatinya, karena memang mereka hanya ingin menang sendiri, mereka tidak pernah ingin hidup di dalam kebersamaan.
Semoga dengan Idul Fitri, kita semua sebagai bangsa, sebagai umat, hidup di dalam kebersamaan, yang berat sama kita pikul dan yang ringan sama kita jinjing. Semoga kita bertemu lagi dengan Ramadhan dan Idul Fitri yang akan datang. Amin.
*disadur dari Kultum M. Qurais Shihab