BUDAYA LITERASI ADALAH BUDAYA SANTRI
Teringat sebuah kata,jika ingin mengenal dunia maka membacalah,jika ingin dikenal dunia maka menulislah.itulah kata kata awal yang memotivasiku untuk mulai mengenal dunia tulis menulis ketika statusku masih berdomisili di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2.bakpetuah dari guru pada muridnya,kata tersebut membekas di dalam hati dan memori.hingga kini menulis pun masih menjadi hal yang menarik untuk aku pahami dan aku cari cari.menulis bagiku bukan lagi hanya menjadi pemanis,ketika ada form data diri atau Curriculum Vitae yang kita isi pada keterangan hobby,karena bingung mau diisi dengan apa,maka mudah saja hobby=membaca+menulis(supaya terkesan berbobot hobinya).
Semoga siapapun yang menuliskan hobinya membaca dan menulis berkembang dengan sendirinya.selain itu sikap konsisten dalam menulis kemudian semakin banyak referensi bacaan seseorang,maka banyak kata semakin bervariasi.jadi ketika ingin menuangkan gagasan maupun pemikiran dalam bentuk tulisan,maka kata kata yang tercipta pun akan dengan mudah mengalir seperti air.tidak percaya ?buktikan sendiri!.
Berbicara tentang budaya literasi sesungguhnya tak lepas dari dunia santri,karena sesungguhnya budaya menulis adalah budaya santri,ulama,kyai zaman dulu.mereka produktif dalam dunia tulis menulis.sebagai contoh Ibnu Katsir yang menciptakan karya berupa Tafsir Ibnu Katsir yang jumlahnya mencapai berjilid jilid.kemudian Imam Ghazali ulama besar yang menghabiskan sebagian umurnya untuk menulis menciptakan ratusan karyanya.tidak heran jika berbagai gelar disandingkan kepadanya.Ia dikenal dengan Hujjatul Islam (pembela Islam), juga ‘al-alim al–Ulama‘(doktor keislaman)dan Warist al-Anbiya‘(pewaris para Nabi).
Gelar gelar tersebut diperoleh karena intelektualitas serta karyanya yang berjibun.kemudian ulama ulama demostic seperti Syekh Yasin Al-fadani,adalah ulama ulama yang produktif dalam menulis kitab kitab ilmu agama Islam.nama mereka tak hanya populer di dalam negeri tetapi juga di luar negeri,khusunya Timur Tengah dan Saudi Arabia.contoh karya ulama nusantara antara lain Tafsir Marah Al-Labid Li Kasyf Al-Ma’na Al-Qur’an Al-Majid,karya Syekh Nawawi Al-Batani (1815-1897),Tafsir Al-Ibriz(1980) karya KH.Bisri Mustofa,Tafsir Al-Azhar (1967) karya Buya Hamka,Tafsir Al-Furqon(1956)karya H.A.Hassan dan masih banyak lagi.
Tokoh tokoh tadi adalah gambaran bahwasanya ulama ataupun Kyai yang notabenya berasal dari dunia pesantren,mereka dapat berkarya dan namanya abadi karena buah dari karyanya yaitu “tulisan”.Pramodya Ananta Toer mengatakan bahwa walaupun pengetahuan orang itu setinggi langit tetapi jika dia tidak menulis maka ia akan hilang dari sejarah dan masyarakat.sebab menulis adalah bekerja untuk keabdian.itulah pengaruh besar dari sebuah tulisan.maka dari itu santri masa kini seharusnya mengikuti dan meneladani para ulama dan kyai terdahulu yang menciptakan berbagai macam karyanya.
Karena menulis adalah tradisi santri sehingga santri harus mempunyai kesadaran dan spirit dalam dunia menulis.bahkan tradisi penulisan juga sudah ada sejak zaman Rosululloh SAW,yaitu menulis surat kepada raja raja yang berada di negara lain.begitu pula dengan sahabat nNabi Ali Bin Abi Thalib mengatakan “Ikatlah Ilmu dengan menulis “hal yang tidak boleh dilupakan juga bahwa dalam menulis antara heart,head and hand harus sinkron.apabila hal hal tadi tidak sinkron maka akan sulit untuk berkarya.menulis akan lebih utama jika diimbangi dengan membaca,sebab dengan banyak membaca tulisan kita pun akan dipercaya karena apa yangkita tuliskan berdasarkan reference terpercaya bukanlago kabar hoax.
JADI TUNGGU APALAGI AYO MULAI MENULIS DAN MEMBACA!