Abah Bercerita: Kisah Aduan seorang Ayah dan Keadilan Sayidina Umar pada Si Bocah

Jika pada kajian sebelumnya kita telah menyimak kisah Rasulullah dan para sahabat dengan seorang badui dari Abah Sholah, maka kali ini kita akan kembali menyimak beliau saat menceritakan kisah inspiratif yang pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab.
Abah Bercerita Episode 1: Jejak Sang Rasul dan Para Sahabat dalam Tutur Hikmah bisa dibaca di https://alhikmahdua.net/abah-bercerita-jejak-sang-rasul-dan-para-sahabat-dalam-tutur-hikmah/
Abah bercerita, pada saat itu ada seorang ayah yang mendatangi Sayidina Umar RA sambil mengadu kepada beliau, “Wahai sahabat rasul! Betapa kecewanya aku, memiliki anak yang sangat rewel dan suka membangkang.”
Dengan bijaksana, Sayidina Umar tidak langsung menghakimi aduan si ayah. Beliau justru memanggil anak dari pria tersebut. Beliau bertanya langsung kepada si anak tentang kejelasan dan kebenaran ucapan pria tadi, yang merupakan ayah dari anak tersebut.
“Hei ibnu Adam, apakah benar apa yang dikatakan oleh ayahmu?” tanya Sayidina Umar menyelidiki.
“Benar, wahai khalifah!” jawab anak tersebut sopan.
“Memangnya mengapa kau lakukan itu kepada ayahmu? Bukankah kau tahu bahwa membangkang kepada orang tua sama saja dengan kau durhaka kepadanya?” selidik Sayidina Umar lagi.
“Wahai khalifah! Bolehkah aku bertanya terlebih dahulu?” Anak itu justru bertanya balik, yang otomatis dijawab anggukan oleh Sayidina Umar.
“Bukankah orang tua juga memiliki kewajiban terhadap anaknya?”
“Iya, tentu saja,” jawab Sayidina Umar singkat.
“Lantas, apa saja kewajiban itu?” tanya si anak penasaran.
Dengan sigap, Sayidina Umar menjelaskan apa saja kewajiban-kewajiban orang tua yang harus dipenuhi terhadap anaknya, “Memilihkan ibu yang baik untuk anak keturunannya, memberinya nama yang bagus, dan mengajarkannya Al-Qur’an.”
Mendengar jawaban itu dari Sayidina Umar, si anak lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, tahukah Anda bahwa ayah saya tak pernah melakukan satu perkarapun dari tiga hal yang kau katakan tadi? dia menikahi seorang perempuan haram keturunan Majusi, sehingga melahirkan aku yang dia beri nama Ji’lan, yang bermakna kumbang.”
“dia juga tak pernah mengajarku huruf-huruf dalam Al-Qur’an,” lanjutnya sambil menatap sang ayah.
Sayidina Umar yang mendengar penjelasan dari sang anak lantas beralih menatap si ayah dengan geram. Beliau marah kepadanya sambil mengatakan, “Kau mengadu kepadaku tentang kedurhakaan anakmu kepadamu, tetapi ternyata itu semua bermula dari kedurhakaanmu sendiri terhadapnya.”
Hikmah: Terkadang, para orang tua menganggap bahwa derajatnya sudah sangat tinggi sehingga menginginkan anak-anak keturunannya untuk patuh dan menurut kepadanya. Mereka tak suka akan kedurhakaan anak-anak mereka. Namun, sedikit dari mereka yang mengetahui dan memahami tentang hak-hak anak yang juga harus ditunaikan oleh orang tua mereka.
Penulis: Agaschia