Allah memberi isi yang ada di langit dan dibumi tidak lain untuk manusia, memberi tanah untuk ditanami pohon dan buahnya untuk manusia, memberi air untuk diminum dan memberikan udara secara cuma cuma. Bagaimana timbal balik kita? Sudahkah kita bersyukur? Kapan?
Setiap hari, jam, menit, hingga detik itulah waktu kita untuk bersyukur. Lantas, bagaimana dengan kenyataan yang ada? Kita diberi uang 1 juta saja masih ingin 5 juta, setelah datang 5 juta masih ingin yang lebih. Kalau berbicara nafsu memang tidak akan ada selesainya.
Tahukah anda?
Didalam tubuh kita dari atas kepala sampai paling ujung jempol kaki terdapat 313 lebih sendi, yang seharusnya kita memberi nya makanan rohani secara rutin, sebagai rasa syukur kita. Caranya dengan melaksanakan shalat dhuha 2 rakaat. Dengan suplemen tersebut persedian merasakan bahwa orang yang memakainya masih punya syukur kepada yang menciptakanya, Allah SWT.
Itu semua juga kembali kepada diri kita sendiri, contoh satu fungsi saja, fungsi persendian jemari yang ada pada telapak tangan kita merasa ringan diajak untuk doa, mengadah setumpuk untuk meminta kepadaNya.
Padahal alam memberi kita pemandangan yang eskotik, hasil tanam yang bermacam-macam dan beraturanya waktu untuk bergantian. Namun, kita mengembalikanya dengan kotoran yang hina (kurang baik apa, apa ada buatan manusia yang bisa seperti ini?)lalu kotoran itu diproses lagi hingga kembali pada kita sesuatu yang baik lagi. Begitulah siklus biologis, dan bagaimana dengan siklus kerohanian kita? Masihkah ada cela didalam hati kita untuk bersyukur?
Jadi jika alam sudah tidak bersahabat dengan kita itu akibat dari ulah manusia itu sendiri.