Puasa dan Ketahanan
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Rasul Saw bersabda:
إنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
“Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)
Disini dapat dipertemukan makna perisai dengan akhlak yang luhur, manusia dalam hidup ini menghadapi banyak rayuan dan goadaan ada rayuan setan ada juga rayuan nafsu, setan selalu berusaha untuk merugikan anda atau paling tidak menjadikan anda tidak beruntung, dialah yang menghiaskan kepada manusia hal-hal yang buruk sehingga terlihat olehnya indah, adapun nafsu, nafsu tidak pernah puas kecuali dengan memperoleh apa yang diharapkannya.
Nah keburukan nafsu dan setan itu dapat tampi dengan puasa dan dari sini puasa dalam episode-episod yang lalu kita katakan membina akhlak dengan demikan puasa menjadi prisai dan ketahan bagi manusia menghadapi aneka rayuan dan godaan itu dia adalah ketahanan, ketahanan pribadi, ketahan keluarga, bahkan ketahanan bangsa dan masyarakat.
Mereka yang berpuasa yang mengendalikan nafsunya mengeyahkan syaitan akan selalu berakhlak dengan akhlak yang luhur, itu sebagian dari makna dari sabda nabi tadi “puasa adalah prisai”, kita harus dapat memanfaatkan puasa untuk menciptakan ketahan itu ketahanan pribadi, ketahanan kelauarga, bahkan ketahanan bangsa dan Negara kita. Semoga kita berhasil.
Saudara untuk mencapai akhlak yang luhur kita harus menciptakan suasana yang kondusif menciptakan keluarga sejahtra memerlukan peranan dari semua anggota keluarga, suasana akan sangat mempengaruhi bagi terciptanya akhlak kalau kita menjadikan puasa ini sebagai momentum untuk menciptakan akhlak yang luruh, maka itulah kesempatan yang sebaik-baiknya, untuk bahkan menciptakan ketahanan bangsa dan Negara.
keluarga adalah unit yang terkecil dalam suatu kesatuan, nah ada peranan yang dituntut dari ayah ada peranan yang dituntut dari ibu ada peranan yang dituntut dari anak bahkan ada peranan yang dituntut oleh semua yang bearada dalam satu rumah tangga. Peranan itu hendaknya kita sempurnakan dan kita jadikan puasa atau bulan ini sebagai momentum untuk mencitakan suasan tersebut.
Ciptakanlah suasana yang baik anda akan memperoleh yang baik, jauhkanlah diri dari suasana yang buruk maka anda akan terhindar dari keburukan, karena akhlak dipengaruhi atau akhlak adalah hasil dari lingkungan seseorang, lingkungan satu keluarga dan lingkungan masyrakat.
Saudara.. Sungguh ketika nabi SAW mengajarkan untuk berakhlak luhur dijadikanya antara lain tuntunan-tuntunan agama terbaca, terpraktekkan di dalam suatu kelaurga agar semua dapat berakhlak dengan akhlak yang baik memiliki karakter dan kepribadian yang luhur, nah bisakah kita menjadikan puasa ini sebagai suatu momentum dengan menciptakan suasana kondusif berbicara kepada keluarga, kepada anak, kepada istri dan kepada suami tentang nilai-nilai agama dan upaya mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, insyaallah dalam 30 hari puasa kita akan terbisa sehingga tercipta sesuatu yang menjadikan kita memiliki akhlak yang luhur.
* dishadur dari kultum Prof. DR. Quraish Shihab, MA.