Rasulullah yang Mulia (1)
Dari jalur ayah, nasab Rasulullah ialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (namanya Syaibatu l-Hamd) bin Hisyam bin Abdi Manaf (namanya al-mughirah) bin Qushayyi (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Ma’ad bin Adnan.
Tidak ada perbedaan pendapat dianatara para ahli nasab mengenai nasab Muhammad SAW sampai Ma’ad bin Adnan. Jika diruntut lebih jauh, nasab Rasulullah akan sampai pada Nabiyullah Isma’il AS bin Nabiyullah Ibrahim AS. Sedangkan Ibunya bernama Aminah binti Wahb bin Abdimanaf bin Zuhrah bin Kilab. Jadi, nasab Ayah dan Ibu Nabi SAW bertemu pada kakeknya yang bernama kilab.
.
Nasab Rasulullah adalah nasab paling mulia. Allah SWT telah memilih Beliau dari kabilah paling bersih, keturunan paling suci dan utama. Tak sedikitpun dari karat-karat jahiliyyah yang menyusup ke dalam nasab Rasul yang mulia, Muhammad Shollahu ‘alaihi wasallam.
Nabi Muhammad SAW, dilahirkan pada tahun gajah, yakni tahun dimana Abraham al-Asyram (raja Yaman) berusaha menyerang Makkah dan menghancurkan ka’bah. Lalu Allah menggagalkannya sebagaimana diceritakan Al-Qur’an dalam surat Al-Fiil. Menurut riwayat yang paling kuat hari kelahiran Rasulullah jatuh pada hari Senin malam, 12 Rabi’ul Awal.
Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya Abdulllah, meninggal ketika ibunya mengandung dua bulan. Lalu beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib, dan disusukannya – sebagaimana tradisi Arab waktu itu – kepada seorang wanita dari Bani Sa’id bin Bakar, bernama Halimah binti Abi Dzu’aib.
Para Perawi Sirah telah bahwa pedalaman Badi Sa’ad pada waktu itu sedang mengalami musim kemarau yang menyebabkan keringnya ladang peternakan dan pertanian. Tidak lama setelah Muhammad SAW berada di rumah Halimah, tinggal di kamarnya dan menerima air susu di rumahnya, menghijaulah kembali tanaman-tanaman di sekitar rumahnya, sehingga kambing-kambingnya pulang kadang dengan perut kenyang sarat air susu. Selama keberadaan Nabi SAW, di pedalaman Bani Sa’ad, terjadilah peristiwa “pembelahan dada”, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, (Shahih Muslim juz I), kemudian Rasulullah dikembalikan kepada ibunya setelah genap berusia lima tahun.
Ketika sudah berumur enam tahun, Ibunya Aminah meninggal dunia, kemudian Rasulullah berada dalam asuhan kakeknya, Abdul Muthalib. Tetapi setelah genap berusia delapan tahun, Beliau ditinggal wafat oleh Kakeknya. Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
(Disarikan dari Sirah Nabawiyah terjemah dari Fiqh Al-Sirah oleh DR. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi dan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad)