Lebaran Dalam Keluarga
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Saudara, Alhamudulillah, puasa telah hampir selesai, lebaran telah berada di ambang pintu. Wajar, pada hari lebaran kita bergembira, kita harapkan bahwa kita telah kembali kepada fitrah kesucian kita. Dulu sewaktu pertamakali kita lahir, kita tidak membawa dosa, dulu ketika pertama lahir kita tidak menaruh dendam, dulu waktu pertama kita lahir segala kita lihat indah dan baik. Itulah makna fitrah.
Allah berpesan untuk berpuasa, bahwa tujuannya adalah untuk bertakwa, tatapi dalam konteks lebaran pesan Allah dan tujuan berbeda, di sana di dalam Al-Qur’an ketika berbicara tentang penyempurnaan puasa dinyatakannya bahwa :
لِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Agar supaya kalian mengagungkan Allah dengan tuntunan-tuntunannya, mengagungkan Allah karena Allah telah memberikan hidayah kepada kamu dan agar kamu bersyukur”
Saudara, kita diperintah untuk bersyukur dengan kehadiran lebaran. Syukur adalah menggunakan nikmat Allah sesuai dengan tujuan penganugrahannya. Kita, manusia, dalam bahasa Al-Qur’an dinamai Insan. Manusia, Insan, mempunyai tiga makna, yang pertama gerak dinamis, yang kedua lupa dan yang ketiga harmonis. Diharapkan dengan lebaran kita akan hidup harmonis, melupakan keslahan orang dan niat bekerja serta aktif, itulah dengan demikian kita menjadi manusia.
Saudara, dalam konteks menjadi insan atau manusia itu kita harus mampu memaafkan kesalahan orang-orang dan memaafkannya. Dalam konteks untuk menjadi manusia itu, maka kita harus mampu hidup harmonis dan dalam konteks ini pula kita harus giat untuk melakukan aneka kegiatan positif.
Memang agama membenarkan interaksi, membenarkan seseorang membalas kejahatan seseorang dengan kejahatan yang sama. Tapi itu tidak menimbulkan kehidupan harmonis, paling tidak hendaknya seseorang itu meningkat, sehingga menyerahkan kepada Allah untuk membalas kesalahan yang pernah ditimpanya, tapi ada yang lebih baik lagi, bukan meminta kepada Allah agar membalasnya tetapi memohonkan kepada orang yang telah melakukan kesalahan itu agar diberi petunjuk oleh Allah sehingga ia menyadari kesalahannya.
Ada yang lebih baik lagi, yaitu memaafkannya. Memaafkan artinya menghapus bekas-bekas luka di hati, tidak lagi mengingatnya. Maaf, jika Anda telah lakukan, maka berarti Anda telah melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan kesalahan orang itu dan dari sini meningkatkan lagi dalam berjabatan tangan.
Jabatan tangan adalah symbol yang bermakna kita membuka lembaran baru, kita berjalan seiring menuju cita-cita bersama, yaitu menciptakan suasana damai, harmonis untuk bekerjasama di dalam kebajikan itu pada hakikatnya tujuan dari berlebaran, itu pada hakikatnya makan kembali kepada fitrah kesucian. Kesucian yang berarti kebaikan, kebenaran dan keindahan.
Seorang yang beridulfitri akan selalu mencari yang baik dan itu melahirkan akhlak terpuji. Seorang yang beridulfitri akan selalu mencai keindahan dan mengekspresikannya, dan itu menjadikan dia seniman. Dan seorang yang beridulfitri akan selalu berusaha mencari kebenaran dan menerapkannya. Dan mencari kebenaran menghasilkan ilmu.
tiga hal ini menciptakan peradaban-peradaban yang sempurna yang direstui oleh Allah swt. Itulah makna lebaran dan itu makna kembali kepada fitrah kesucian. Semoga kita semua berhasil kembali kepada fitrah kesucian itu.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اَللّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاجْعَلْنَا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانَا.
“Ya Allah, perbaikilah hubungan antara kami, harmoniskanlah hati kami dan jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang bersaudara”
اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ صَلاَحَ النِّيِّةِ وَصَفَاءَ السَّرِيْرَةِ وَإِخْلاَصَ الْقَصْدِ فِي جَمِيْعِمَا نَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ.
“Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu kebersihan niat, kesucian hati dan keikhlasan menyangkut segala sesuatu yang kami haturkan”
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.