ETOS KERJA

Suatu hari ada seseorang datang meminta-minta kepada rasullah SAW. yang sedang berkumpul dengan para sahabat. melihat kehadiran pengemis itu, Rasulullah bertanya, “apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?” ia menjawab “tentu, saya mempunyai pakaian yang bisa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasulullah lalu berkata,”ambil dan serahkan ke saya!”

pengemis itu langsung bergegas pulang dan kembali dengan membawa cangkir. Rasulullah kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “adakah diantara kalian yang ingin membeli ini?”

seorang sahabat menyahut, “saya beli dengan satu dirham” Rasulullah lalu menawarkannya kepada yang lain. seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham. Rasulullah kemudian memberikan dua dirham itu kepada si pengemis. Rasulullah mengharapkan agar uang itu digunakan untuk memmbeli makan buat keluarganya, dan sisa uanganya digunakan untuk membeli kapak.

“carilah kayu yang banyak dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” sahut Rasulullah. dua minggu kemudian, pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW., tapi tidak untuk mengemis, ia datang kepada Rasuullah membawa uang 10 dirham hasil dari berjualan kayu. Rasulullah SAW., kemudian menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarga.

Rasulullah SAW. berkata, “hal itu lebih baik bagi kamu, karena meminta-minta hanya akan membuat noda diwajahmu diakhirat nanti. tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak dapat terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak dapat usaha.”

kisah ini menggambarkan sifat Rasulullah yang gemar membantu orang yang tidak mampu. bantuan tidak hanya berupa uang, tapi juga “kail” atau pekerjaan agar kelak orang yang tidak mampu itu dapat hidup mandiri.

dengan memberi sedekah dan pekerjaan, setidaknya jumlah anak jalanan dan pengangguran dapat diminimalisasi. Rasulullah memberi contoh bahwa kesalehan spiritual belum dikatakan sempurna, sebelum diikuti keselahan sosial (to be sensitive to the reality)

dalam al-qur’an surah Ali Imran ayat 134, disebutkan yang artinya bahwa orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan(hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan(kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

satu hikmah yang dapat kita ambil pelajaran bahwa tidak dapat dipungkiri, jumlah pengemis di indonesia saat ini masih sangat tinggi. alangkah indahnya, jika setiap orang mampu (secara ekonomi) dinegri ini mau meniru perilaku Rasulullah tersebut, dengan memberi sedekah dan pekerjaan, setidaknya jumlah anak jalanan dan pengangguran dapat diminimalisasi.

saatnya, kita berbagi dengan orang disekeliling kita yang fakir dan miskin. jika orang yang diberi kecukupan ekonomi di negri ini mau peduli terhadap yang miskin, pasti perempuan indonesia tidak akan berbondong-bondong menjadi tenaga kerja dan pembantu rumah tangga dinegri orang.

jika orang kaya dinegri ini mau membantu yang lemah dan fakir, tentu tidak banyak anak negri ini yang putus sekolah . “sesungguhnya kefakiran (kemiskinan) itu dapat menjerumuskan kejurang kekafiran”

PENTINGNYA AKHLAK

alhikmahduanet dalam kehidupan sehari hari akhlak yang paling penting di kehidupan orang yang berilmu pun kalau dia tidak mempunyai akhlak yang baik dia tidak akan ternilai oleh masyarakat karena banyak nya ilmu jika tidak di dasari dengan akhlak yang baik itu dinilai kososng ibarat gelas besar dia tidak berisi didalamnya begitu pula orang yang berilmu tapi tidak berakhlak ilmu akhlak itu penting sekali untuk kehidupan sehari hari apalagi di era jaman now sekarang yang terbilang nilai akhlaknya sangat miris .

maka penting sekali bagi orang tua untuk mendidik akhlak anak diusia dini , terkadang banyak sekali orang tua memasukan anak ke sekolahan favorit yang dari segi fisikal nya itu terbaik di daerah tersebut

lebih miris nya mayoritas masyarakat mengakui bahwa memasukkan anak ke sekolah tersebut anak itu akan di jamin kan oleh ijazah yang di cap sebagai sekolah yang paling terbaik maka anak tersebut nantinya akan lebih terjamin masa depannya , karena anak yang lulus secara kognitif(akademik) belum tentu lulus secara afektif ( akhlak)

maka bagi semua kalangan masyarakat yang paling penting di garis bawahi itu adalah akhlak karena adanya ilmu tapi tak memiliki akhlak itu ilmunya seperti mengambang dan takkan terpandang

Abah Muhlas Hasyim, Sungai Tenang Tak Bergelombang

“Braaak!”   Suara gebrakan meja di ruang kelas membuat suasana menjadi hening seketika. Dengan bahasa Arab yang tersusun amat rapi, enak didengar, dan mudah dimengerti, guru yang duduk menghadap murid-muridnya itu membenarkan bacaan saya yang keliru.

ADVERTISEMENT   Kala itu mata pelajaran yang beliau ampu adalah Ushul Fiqh. Sesekali beliau juga jengkel dengan diktat pelajaran terbitan Kemenag yang bahasa Arab-nya ‘amburadul’ itu. Metode mengajar beliau di kelas juga belum pernah saya temui sebelumnya. Tiap pertemuan, ketika masuk kelas, guru satu ini hanya memulai dengan satu kata,   “Iqra….”   Maka tak selang lama, si murid yang kedapatan piket baca dan sudah mempersiapkan diri, akan membaca kitab yang digunakan untuk diktat pelajaran. Setelah dirasa cukup, beliau akan menjelaskan secara runut, gamblang, dan penuh referensi yang beliau hafal betul di luar kepala.

Sesekali beliau melengkapi penjelasannya dengan menulis atau membuat bagan di papan tulis.   ADVERTISEMENT Dalam berbagai pengajian ataupun ketika mengajar di kelas, kita bisa menyimpulkan dengan mudah: Abah Muhlas adalah seorang ulama yang mumpuni. Hafalan Al-Qur’an, penguasaan tafsir, teori keislaman dari klasik sampai modern, termasuk tasawuf dan juga sejarah sangat beliau dalami dan kuasai dengan baik. Apalagi soal hukum Islam yang merupakan konsentrasinya saat kuliah di Mesir.   Tapi kalau diperhatikan, beliau ini bisa mengajarkan ilmu apa saja dengan penjelasan yang sama dalamnya. Termasuk saat beliau mengajar kitab Ihya karya Al-Ghazali.

Referensi kitabnya juga sangat kaya. Sering beliau mengajar kitab-kitab karya ulama yang jarang bahkan tidak pernah diajarkan di pesantren pada umumnya.   Dengan segala kedalaman ilmu yang beliau kuasai, ketika berbicara tentang satu topik kegamaan, beliau bisa mengeluarkan pendapatnya pada porsi yang sangat pas dan tepat.

Beliau sangat disiplin dan mengajarkan kedisiplinan dengan keras. Terutama di program Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK), satu-satunya kelas sekolah yang masih beliau ajar langsung. ADVERTISEMENT   Hal lain yang tidak bisa terlupakan adalah, beliau sangat bisa mengubah suasana dalam sekejap saja.

Kondisi yang tadinya menegangkan bisa diubah menjadi riang dan gembira hanya dalam hitungan kata. Iya, beliau adalah Abah Muhlas, KH Muhlas Hasyim, MA, Pengasuh Pesantren Al-Hikmah 2, Brebes, Jawa Tengah.   Berbeda saat mengajar muridnya di MAK, ketika mengajar ibu-ibu atau bapak-bapak Desa Benda ngaji di Masjid An-Nur, Abah menggunakan bahasa kromo campur dengan bahasa Benda. Menggunakan ungkapan sehari-hari yang mudah dimengerti. Sesekali diselipi humor-humor segar yang diungkap dengan tepat.  

ADVERTISEMENT Ngobrol dengan Abah tidak pernah membosankan. Abah selalu punya cerita yang belum pernah saya dengar atau tahu sebelumnya. Tentu saja selalu ada candaan-candaan yang bikin kita senang. Namun seperti tadi, jika pada momen tertentu beliau lihat langsung ada hal yang keliru, tak segan saat itu juga akan beliau luruskan. Barangkali beliau adalah praktik hidup dari ungkapan qulil haq walau kana murron. Sampaikan kebenaran meski pahit.  

Pernah suatu peristiwa, Abah menyadari nilai kami di kelas tiga MAK jeblok semua. Abah langsung datang ke kamar kami dan memarahi kami sambil menyebut nama dan hal yang kami senangi satu persatu sebagai evaluasi. Itu yang bikin mengejutkan, beliau sangat sayang dan memperhatikan kami anak-anak didiknya.   Satu momen penting yang menunjukkan keluhuran pribadi Abah adalah saat mulai masuknya internet ke pesantren, yang tentu disambut dengan berbagai respons, terutama oleh para pengasuh Al-Hikmah 2 kala itu. Salah satu yang mendukung dan malah mendorong para santri untuk melek teknologi ini adalah Abah Muhlas.  

Dulu pernah beberapa kali ngobrol dengan beliau soal usulan pemanfaatan internet di pesantren dan penggunaan teknologi, termasuk untuk mendigitalisasi ceramah dan pengajian yang Abah ampu, beliau sangat terbuka dan mendukung sepenuhnya. Sikap terbuka Abah akan hal baru yang bisa diambil kebaikannya ini tentu saja sangat sesuai dengan prinsip melestarikan hal-hal lama yang baik, dan mengadopsi perihal baru yang lebih baik.  

Saya masih ingat pada satu Idul Adha, Abah pernah berkhutbah tentang sosok dan ungkapan Sayidina Ali bin Abi Thalib. Di pengujung khutbah beliau tak kuasa menahan isak haru akan sosok yang beliau kisahkan, begitu juga dengan saya. Namun, yang membuat saya terisak kagum bukan hanya sosok yang Abah ceritakan, tetapi karena hidup dan tauladan Abah sendiri.  

Selepas bepergian ke negeri sebelah pada 2013 silam, saya punya foto istimewa bersama Abah di Genting Highland Malaysia. Saya sempat berujar pada diri saya sendiri, seandainya seluruh foto saya hilang, saya tidak akan kehilangan, asal saya masih punya foto ini. Sialnya Tuhan menguji saya betulan, tak selang lama harddisk saya kena virus dan semua datanya hilang. Kini, yang tersisa hanya foto saya bersama Abah di Malaysia yang tidak sengaja pernah saya unggah di penyimpanan data online. Namun, saya tidak kuasa untuk melampirkan foto itu di sini. Di foto itu Abah masih terlihat segar dan muda.

Foto itu membuat saya hari ini kembali berkaca-kaca, persis ketika saya dulu mendengar khutbah Abah Muhlas saat Idul Adha.   Sungai yang Tenang Selama kuliah di Mesir Abah lumayan lama tinggal di Saudi untuk bekerja (tidak hanya musim haji saja), karena selama di Saudi Abah Muhlas pernah juga bekerja di restoran. Karena memang kuliah di Al-Azhar tidak mewajibkan mahasiswa untuk hadir setiap hari, hal itu Abah manfaatkan dengan sangat baik. Bagaimanapun juga, kecerdasan dan kuatnya hafalan Abah sudah masyhur sejak muda.   Saya kenal betul dengan saksi hidup yang menyaksikan ketekunan dan perjuangan Abah selama di Saudi. Karena kebetulan saksinya itu adalah almarhum bapak saya sendiri. Mungkin kisah ini jarang ada yang menceritakan.  

Sejak sepulang dari Mesir, banyak sekali tawaran Abah untuk menjadi ‘pejabat’ ini itu. Apalagi sepulang dari Mesir bank syariah mulai populer di Indonesia. Abah dengan segala kedalaman ilmunya lulus S2 jurusan Ekonomi Islam dari salah satu kampus keislaman terbaik di dunia. Pantas saja jika jadi rebutan. Salah satu tawaran yang menggiurkan adalah menjadi Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Muamalat.   Namun demikian, Abah menolak segala tawaran menggiurkan beserta popularitas yang akan beliau dapatkan. ‘Jalan ninja’ yang beliau pilih adalah sebagai khadim bagi ilmu dan umat.

Mengajar dan mengabdikan diri untuk masyarakat di sebuah pesantren di desa yang asing bagi banyak orang.   Kesederhanaan beliau juga tercermin dalam berpakaian. Andalannya adalah sarung, baju koko dan peci hitam. Tidak pernah sekalipun beliau memakai jubah atau imamah, padahal lama tinggal di Timur Tengah. Pakaian sederhana itu juga yang beliau kenakan ketika menghadiri Konferensi Ulama Internasional di Malaysia.   Barangkali satu ungkapan yang tepat menggambarkan teladan dan hidup Abah adalah maqalah dalam Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah as-Sakandari: “Tenggelamkanlah dirimu di tanah yang asing.” Dengan segala kedalaman ilmu yang mengalir deras dalam diri Abah Muhlas, di permukaan beliau amat sangat terlihat tenang, sederhana, tanpa kontroversi. Persis seperti air sungai yang tak bergelombang di permukaan, namun di dalamnya ada arus air yang mengalir deras.   Saya masih belum percaya Abah harus pergi secepat ini. *

M Farobi Afandi adalah santri Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 dan Pesantren Ciganjur.
Link :https://www.nu.or.id/…/abah-muhlas-hasyim–sungai…

Keberanian Sebagai Akhlak Mulia

Dalam suatu pekerjaan tentunya memiliki kunci untuk mencapai keberhasilan/kesuksesan. Diibaratkan dengan sebuah bangunan, jika ingin memiliki bangunan yang kokoh, kuat, tidak mudah roboh dan tumbang, maka haruslah fondasi yang ditanamkan di dasar tanah itu wajib diperkokoh dan diperkuat. Mengapa? Sebab, jika fondasi tersebut tidak di tanam dengan sedemikian rupa, maka akan diperkirakan bangunan tersebut akan mudah tumbang. Demikian halnya dengan suatu pekerjaan. Fondasi tersebut disamakan dengan keberanian. Tanpa keberanian maka pekerjaaan yang sedang dilaksanakan akan mengalami kegagalan. Keberanian itu sendiri letaknya pada pribadi si pekerja.

Keberanian adalah suatu sifat yang mendorong dan memberikan semangat kerja secara terus menerus lagi teratur untuk semua pelaksana dan pekerja. Dengan memiliki keberanian dalam diri pekerja, maka tidak mungkin akan mundur dalam setiap pekerjaan yang dilaksanakan. Pelaku akan terus maju dalam artian berani melangkah dan berani menanggung resikonya.

Jadi, yang dimaksud berani disini adalah berani maju kedepan, berani melangkah sekiranya hal itu diperlukan. Akan tetapi bagi orang yang mengambil langkah mundur tidak bisa dikatakan orang yang penakut ataupun gagal. Terkadang pemberanipun perlu mundur saat situasi tidak memungkinkan untuk terus maju. Oleh karena itu, orang yang selalu melangkah kedepan tidak terus dikatakan sebagai orang yang pemberani dan orang yang mundur tidak selalu dikatakan sebagai orang yang penakut. Tetapi, orang yang berani adalah orang yang terus maju ataupun mundur dengan melihat situasi dan kondisi serta orang tersebut mau menanggung resiko yang akan ia terima.

Ada beberapa nasihat yang dituliskan mengenai keberanian dalam kitab ‘Idhotun Nasyiin karangan Syekh Mushofa Al Ghalayini teruntuk kaum remaja dan para pemuda yang merupakan tiang negara di kemudian hari.

Pertama :Milikilah sifat syuja’ah, pegang teguhlah tali kesadaran untuk bersifat syuja’ah itu selama lamanya.

Kedua    :Jangan sekali kali hati kalian dapat digoda oleh rasa katakutan menghadapai segala hal, jikalau dalam pandanganmu hal itu memang haq dan benar. Kikis habislah sifat licik, sebab merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Jangan pula memberi peluang sedikitpun dalam kalbumu untuk dimasuki oleh iblis, yang menjelmakan diri sebagai sifat tahawwur, bekerja tanpa berperhitungan dan awur awuran.

Ketiga    :Ingatlah dan sekali lagi ingatlah bahwa licik adalah suau kebodohan, tahawwur adalah tanda kekurangan akal. Sedangkan syuja’ah adalah akhlak yang mulia yang wajib dimiliki oleh seluruh kaum yang beriman kepada Tuhan Seru Sekalian Alam.            

Dengan demikian sudah jelas, bahwa mempunyai sifat pemberani itu sangat penting bagi orang yang sedang melaksanakan suatu pekerjaaan.

Kecerdasan Sayidah Hafsah Binti Umar Bin Khattab

Misi wanita muslimah di zaman ini berangkat dari sebuah tanggungjawab besar yang menuntutnya,sementara roda kehidupan menjadi sedemikian kacau dan rumit. Melalui tulisan ini, saya ingin memilih Sayyidah Hafsah, salah satu dari Ummahatul Mukminin(para istri Nabi SAW) Untuk dijadikan figur bagi para muslimah.

Nama dan Kelahiran Sayyidah Hafsah

Ummul Mukminin Hafsah binti Umar dikenal dengan nama Hafsah. Adapun nama lengkapnya adalah Hafsah binti Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Azza bin Rayah bin Abdullah bin Qurth bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay.

Hafsah lahir di Makkahlima tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dalam buku Al-A’lam (2/264) disebutkan bahwa Hafsah lahir di Makkah tahun 18 sebelum Hijriah.

Ayahnya adalah Khulafaur rasyidin kedua, Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Aza bin Rayah bin Abdullah al-Qursyi al-‘adawi. Dan ibunya bernama Zainab binti Mazh’un bin Habin bin Wahab bin Hudzafah bin Jumh.

Sifat-Sifat sayyidah Hafsah

            Diantara sifat Sayyidah Hafsah yang perlu ditelaah secara mendalam, yaitu :

  • Keteguhhannya dalam beribadah dan kesungguhannya untuk selalu taat kepada Tuhan.

Para ulama menyebutkan bahwa Sayyidah Hafsah selalu beri’tikaf pada sepuluh terakhir bualn Ramadahan.

  • Keilmuannya dalam berpendapat.

Telah disebutkan dalam sejumlah kitab Fiqh mengenai bidang fatwa yang dinisbatkan kepada Sayyidah Hafsah, Hal ini menunnjukan bahwa Sayyidah Hafsah termasuk salah satu ulama Fiqh wanita dari generasi sahabat.

  • Kefasihan dan Keindahan Retorika nya.

Hal ini terlihat dalam sejumlah teks yang ditinggalkan oleh Sayyidah Hafsah bahwa dia memang seorang yang berbakat dalam segi kefasihan. Bahkan kami dapat mengategorikan Sayyidah Hafsah sebagai salah satu dari kelompok wanita berlidah fasih yang menonjol dimasa awal islam.

  • Kebijaksanaannya dalam berbagi hal.

Diantara bukti kebijaksanaan pendapat seorang Sayyidah Hafsah adalah dia berusaha menyatukan kaum muslimin dan mungkin peristiwa yang terjadi antara dirinya dengan saudaranya, Abdulloh mengenai peristiwa Daumatul Jandal merupakan bukti yang paling tepat untuk membuktikan premis ini.

Kemudian, pengetahuannya mengenai urgensi menikah menurut islam, serta tujuan-tujuan agung dalam membangun keluarga dan keturunan yang shalih. Sayyidina Hafsah memerintahkan saudaranya, Abdullah bin Umar untuk menikah ketika saudaranya itu berkeinginan untuk tidak menikah. Sayyidah Hafsah memberikan penjelasan mengenai anak-anak shalih yang akan dimilikinya, dimana mereka akan senantiasa mendoakannya setelah dia meninggal dunia.

  • Partisipasinya dalam sejumlah peristiwa dimasanya.

Para ahli fiqh menyebutkan ijtihad fiqh yang dilakukan Sayyidah Hafsah dan konstribusi keilmuan dalam sejumlah majelis yang diadakan dimasanya.

Demikian halnya untuk seorang wanita, putri dari pembesar islam, Hafsah binti Umar. Namanya telah disebutkan oleh Jibril, sebagai seorang ahli ibadah dan istri nabi SAW, di syurga. Mulia, sungguh mulia.

Itu adalah keistimewaan Sayyidah Hafsah. Beliau, Haus akan ilmu dari Rasulullah. Dia juga bersemangat mempelajari bidang bahasa sehingga pidatonya terkenal dikalangan ahli kebahasaan kala itu, dan masih banyak lagi.

Dari ulasan diatas, artinya kalian(para wanita muslimah) harus betul-betul memperhatikan dan menghayati biografi rasulullah dan para sahabatNya, kemudian berusaha untuk menjadikan kehidupan di zaman ini, sebagai perpanjangan dan penerapan praktis dari masa lalu.

Tak Selamanya Orang Baik Mesti Terlihat Baik

12540792_1553726108251303_1290283399652608545_n

 

Ada suatu kisa tentang Abu Yazid Al Mustami, beliau adalah seorang yang rajin bermunajat kepada Allah karna keinginannya yang ingin masuk surga.

Suatu malam ketika beliau selesai berthajud, berdzikir, dan bermunajat Abu Yazid tertidur dan bermimpi seakan akan dia berada di tengah surga, dan ketika beliau bermimpi di surga Abu Yazid melihat ada bangunan yang megah dan indah lalu Abu Yazid dalam hatinya berbisik “ini mungkin kediaman Rasulullah, semoga kelak ketika aku berada di surga aku menjadi tetangga beliau di surga.” tidak habis bisikan Abu Yazid kemudian terdengar suara “ wahai Abu Yazid jika kau ingin tau siapa tetanggamu di surga kelak, datanglah ke sebuah kota lalu jalanlah ke utara setelah kau sampai ke ujung kota lalu berjalanlah di ujung gang dan disana ada rumah yang di depannya ada pohon kurma, itulah tetanggamu nanti di surga.” lalu Abu Yazid terjaga dan bangun dari tidurnya dan penasran lalu Abu Yazid mencari alamat yang tersebut dalam mimpi tadi.

Ketik Abu Yazid mencari alamat tersebut dan sampai disana lantas Abu Yazid bertanya kepada penduduk sekitar “wahai sodara siapakah penghuni rumah di ujung gang itu?” lalu di jawab “oh.. saya tau, kenapa anda mencarinya?” lalu Abu Yazid berkata “dia adalah sahabatku saya ingin bertemu dengannya.” Lalu dijawab oleh penduduk dengan rasa tidak yakin “saya tidak habis pikir kenapa anda ingin bertemu dengan dia, dia adalah orang fasek yang kerjanya hanya minu minuman keras dan anda saya liat adalah orang yang saleh apakah anda ga salah mencari sahabat?” lalu Abu Yazid berfikir dalam hati “apa benar dia adalah tetanggaku di surga atau ini cuma bisikan setan.” lalu Abu Yazid mengurungkan niatnya dan kembali, ketika di tengah jalan Abu Yazid mendengar suara yang pernah terdengar di mimpinya “Abu Yazid dia adalah tetanggamu datangilah?” dengan sedikit kebimbangan lalu Abu Yazid kembali ke rumah itu.

Ketika hendak mengetuk pintu Abu Yazid kaget ternyata di dalam rumah itu tengah ada pesta dan ada sekitar 40 orang yang tengah bermabuk mabkan, lalu Abu Yazid berkata dalam hatinya “masya Allah… bukan bukan ini tempatnya” lalu Abu Yaid berniat untuk kembali, lalu ada seorng yang memanggil “hai Abu Yazid kenapa engkau tidak masuk bukankah engku datang jauh jauh karna hanya ingin mencari aku, bukankah engkau ingin mencari tetanggamu di surga?” mendengar ucapan itu Abu Yazid kaget, beliau tak habis pikir bagaimana dia tau maksud kedatangannya padahal beliau belum menyampaikan apa maksud kedatangannya lalu ditanya Abu Yazid “kenapa engkau begitu cepat meninggalkan rumah ini tanpa salam, tanpa perjumpaan, dan tampa tausiah sedikitpun?” Abu Yazid terdiam dan lelaki itu berkata lagi “sudahlah jangan berpikir lebih lama, seseorang yang menyuruhmu datang kemari telah memberitaukan kedatanganmu, masuklah kerumah.”

Dengan sedikit ragu akhirnya Abu Yazid masuk ke rumah itu dan duduk ditengah orang yang sedang bermabuk mabukan. Lalu laki laki tadi berkata kepada Abu Yazid “hai Abu Yazid kalo kau ingin masuk surga jangan pengen enaknya sendiri janganlah engkau egois itu bukanlah sifat yang mulia bagi seorang lelaki yang ahli bermunaab seperti engkau. Ketahuilah dulu di rumah ini ada 80 orng yang fasek, orang orang yang kerjanya Cuma mabuk mabukan seperti yang kau lihat hari ini. Kemudian aku coba masuk ke rumah ini dan aku temani tiap malam, pelan pelan aku beri pencerahan aku beri tausiyah dan alhamdulillah sudah ada 40 orang yang taubat dan sekarang menjadi ahli masjid. Nah inilah tugas engkau Abu Yazid sadarkanlah 40 orang lagi agar kelak menjadi tetanggamu di surga nanti.” Bagai disambar petir hati Abu Yazid akhirnya hatinya terpanggil mengiikuti jejak orang itu untuk bertekat menyadarkan 40 orang fasek dan akan membawanya untuk menjadi tetangga tetangganya di surga kelak.

Ini adalah suatu contoh yang nyata pada zaman dahulu yang bisa diambil hikmahnya. Seseorang yang dilihat buruk ahlaknya belum tentu dia akan buruk namun berhati hatilah orang yang buruk sifatnya bisa jadi suatu saat ia akan memiliki sifat yang mulia.

Tak Selamanya Orang Baik Mesti Terlihat Baik

12540792_1553726108251303_1290283399652608545_n

 

Ada suatu kisa tentang Abu Yazid Al Mustami, beliau adalah seorang yang rajin bermunajat kepada Allah karna keinginannya yang ingin masuk surga.

Suatu malam ketika beliau selesai berthajud, berdzikir, dan bermunajat Abu Yazid tertidur dan bermimpi seakan akan dia berada di tengah surga, dan ketika beliau bermimpi di surga Abu Yazid melihat ada bangunan yang megah dan indah lalu Abu Yazid dalam hatinya berbisik “ini mungkin kediaman Rasulullah, semoga kelak ketika aku berada di surga aku menjadi tetangga beliau di surga.” tidak habis bisikan Abu Yazid kemudian terdengar suara “ wahai Abu Yazid jika kau ingin tau siapa tetanggamu di surga kelak, datanglah ke sebuah kota lalu jalanlah ke utara setelah kau sampai ke ujung kota lalu berjalanlah di ujung gang dan disana ada rumah yang di depannya ada pohon kurma, itulah tetanggamu nanti di surga.” lalu Abu Yazid terjaga dan bangun dari tidurnya dan penasran lalu Abu Yazid mencari alamat yang tersebut dalam mimpi tadi.

Ketik Abu Yazid mencari alamat tersebut dan sampai disana lantas Abu Yazid bertanya kepada penduduk sekitar “wahai sodara siapakah penghuni rumah di ujung gang itu?” lalu di jawab “oh.. saya tau, kenapa anda mencarinya?” lalu Abu Yazid berkata “dia adalah sahabatku saya ingin bertemu dengannya.” Lalu dijawab oleh penduduk dengan rasa tidak yakin “saya tidak habis pikir kenapa anda ingin bertemu dengan dia, dia adalah orang fasek yang kerjanya hanya minu minuman keras dan anda saya liat adalah orang yang saleh apakah anda ga salah mencari sahabat?” lalu Abu Yazid berfikir dalam hati “apa benar dia adalah tetanggaku di surga atau ini cuma bisikan setan.” lalu Abu Yazid mengurungkan niatnya dan kembali, ketika di tengah jalan Abu Yazid mendengar suara yang pernah terdengar di mimpinya “Abu Yazid dia adalah tetanggamu datangilah?” dengan sedikit kebimbangan lalu Abu Yazid kembali ke rumah itu.

Ketika hendak mengetuk pintu Abu Yazid kaget ternyata di dalam rumah itu tengah ada pesta dan ada sekitar 40 orang yang tengah bermabuk mabkan, lalu Abu Yazid berkata dalam hatinya “masya Allah… bukan bukan ini tempatnya” lalu Abu Yaid berniat untuk kembali, lalu ada seorng yang memanggil “hai Abu Yazid kenapa engkau tidak masuk bukankah engku datang jauh jauh karna hanya ingin mencari aku, bukankah engkau ingin mencari tetanggamu di surga?” mendengar ucapan itu Abu Yazid kaget, beliau tak habis pikir bagaimana dia tau maksud kedatangannya padahal beliau belum menyampaikan apa maksud kedatangannya lalu ditanya Abu Yazid “kenapa engkau begitu cepat meninggalkan rumah ini tanpa salam, tanpa perjumpaan, dan tampa tausiah sedikitpun?” Abu Yazid terdiam dan lelaki itu berkata lagi “sudahlah jangan berpikir lebih lama, seseorang yang menyuruhmu datang kemari telah memberitaukan kedatanganmu, masuklah kerumah.”

Dengan sedikit ragu akhirnya Abu Yazid masuk ke rumah itu dan duduk ditengah orang yang sedang bermabuk mabukan. Lalu laki laki tadi berkata kepada Abu Yazid “hai Abu Yazid kalo kau ingin masuk surga jangan pengen enaknya sendiri janganlah engkau egois itu bukanlah sifat yang mulia bagi seorang lelaki yang ahli bermunaab seperti engkau. Ketahuilah dulu di rumah ini ada 80 orng yang fasek, orang orang yang kerjanya Cuma mabuk mabukan seperti yang kau lihat hari ini. Kemudian aku coba masuk ke rumah ini dan aku temani tiap malam, pelan pelan aku beri pencerahan aku beri tausiyah dan alhamdulillah sudah ada 40 orang yang taubat dan sekarang menjadi ahli masjid. Nah inilah tugas engkau Abu Yazid sadarkanlah 40 orang lagi agar kelak menjadi tetanggamu di surga nanti.” Bagai disambar petir hati Abu Yazid akhirnya hatinya terpanggil mengiikuti jejak orang itu untuk bertekat menyadarkan 40 orang fasek dan akan membawanya untuk menjadi tetangga tetangganya di surga kelak.

Ini adalah suatu contoh yang nyata pada zaman dahulu yang bisa diambil hikmahnya. Seseorang yang dilihat buruk ahlaknya belum tentu dia akan buruk namun berhati hatilah orang yang buruk sifatnya bisa jadi suatu saat ia akan memiliki sifat yang mulia.

Kecintaan Abu Ayyub Al Anshori Terhadap Rasulallah

Penduduk kota Madinah sibuk mempersiapkan penyambutan kedatangan Nabi, Abu Ayyub Al Ansori adalah seorang sahabat yang menjadi tuan rumah atas kedatangan Nabi dan dengan kecintaannya beliau mempersiapkan rumah yang akan dijadikan tempat penginapan kekasihnya, Nabi Muhammad SAW.

Sesampainya dirumah Abu Ayyub, Nabi langsung menempati tempat peristirahatanya dilantai pertama, dan di kamar lantai dua merupakan tempat bagi Abu Ayyub bersama isterinya. Pada waktu petang, Abu Ayyub termenung dan berfikir,” mengapa saya menempati lantai atas, sedangkan Rosulullah berada di bawah, kalau seperti ini maka saya akan menjadi penghalang antara Nabi dan wahyu yang datang dari langit. Selama itu Abu Ayyub tidak bisa tidur karena sangat khawatir Nabi kejatuhan tanah atau debu dari atap rumahnya, karena dapat menyakiti Nabi SAW.

Ketika waktu sudah menjelang pagi, dengan tergesa-gesa Abu Ayyub menghampiri Nabi lalu berkata, “wahai Rasulullah, tadi malam saya dan isteri saya tidak bisa tidur.” Mendengar penuturan Abu Ayyub, Nabi menanyakan tentang penyebab Abu Ayub dan isterinya tidak bisa tidur. Dengan perasaan malu, Abu Ayyub menjawab, “karena saya selalu teringat kalau saya dan isteri saya itu berada diatas panjenengan, dan saya khawatir kalau gerak tubuh saya dan isteri saya mebuat debu-debu berjatuhan dan itu akan menyakitimu wahai Nabi,” perkataan Abu Ayyub itu membuat Nabi merasakan kecintaan Abu Ayyub terhadap dirinya yang begitu besar.

Kemudian Nabi berkata, “Biarlah aku di lantai bawah, karena itu akan memudahkanku menyambut tamuku,” mendengar alasan yang disampaikan nabi tadi, hati Abu Ayyub sedikit lega. Inilah kisah kecintaan seorang Abu Ayyub terhadap Nabi dengan kecintaan yang begitu besar.

Dikutip dari pengajian kitab Mi’atun Qishoh Wa Qishoh Fi Hubbun Nabi, bersama KH. Mukhlas Hasyim, MA. (5 Ramadhan 1437 H.)

Manusia Sangatlah Lemah Terhadap Kemilauan Dunia

Pada dasarnya, orang kafir tahu bahwa agama Rasulallah SAW. itu benar, tetapi mereka mengingkarinya, karena tidak rela meninggalkan agama nenek moyang dan tidak rela meninggalkan kedudukan mereka. Orang-orang kafir tersebut senang membanggakan diri mereka sebagai cucuk dari nabi Ibrahim AS., padahal antara mereka dan nabi Ibrahim sangatlah berbeda cara hidupnya.

Dan Nabi Muhammad SAW. adalah orang yang menghidupkan agama nabi Ibrahim, tetapi orang kafir tidak percaya dengan agama yang dibawa Nabi SAW, padahal nabi Ibrahim tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang mereka sembah.

Dan nabi Ibrahim disebut sebagai bapak ketauhidan karena kalimat tauhidnya yang terus tertanam oleh anak cucuknya, tetapi seiring berjalanya waktu, anak cucuk nabi Ibrahim diberi kehidupan yang menyenangkan sehingga mereka lalai dan akhirnya agama yang dibawa nabi Ibrahim sedikit demi sedikit tertinggal yaitu agama tauhidi.

Pada keterangan di atas, dapat kita ketahui, manusia itu sangatlah lemah terhadap segala keindahan dunia. Manusia mudah tertipu dengan kemilauan dunia, hingga mereka melupakan Allah, yang maha memberi banyak kenikmatan.

Dikutip dari pengajian pasaran 4 Ramadhan 1437 H, Kitab Jalalain, bersama KH. Mukhlas Hasyim MA.

Amalan Mudah Menuju Surga

Ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah “wahai Rasulullah amalan apa yang pendek dan sedikit tapi menjanjikan surga bagiku?”, lalu Rasul tersenyum  dan menjawab “solatlah tahajud walau dua rakaat.” Lalu di jawab oleh sahabat tadi “aku tidak bisa ya Rasul, aku sulit bangun tengah malam?”, lalu Rasul menyampaikan yang lain “puasalah senin kamis?”, lalu dijawab lagi “aku tidak bisa ya Rasul karena aku pekerja keras, jika aku puasa aku tidak bisa kerja?”, lalu Rasul menjawab dengan jawaban lain “kalo begitu beristighfar tiap malan 100 kali?”, “aku tidak bisa ya Rasul”, jawab sahabat, lalu di sambut lagi oleh Rasul “33 kali” lalu di jawab “Aku tidak bisa ya Rasul, karena sepulang kerja aku langsung tidur sampai pagi? Aku ingin yang pendek dan mudah, satu kata saja ya Rasul”, lalu Rasul pun menjawab “kalo begitu amalkanlah Laa Taghdob (jangan marah) amalkanlah itu, maka kamu akan mendapatkan surga.”