artikel santriHeadlineHikmahmotivasi

Jangan Asal Berbuat!


إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوُلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ

Barangkali kita sering atau setidaknya pernah mendengar hadits tersebut. Hadits di atas menjelaskan bahwasanya niat adalah pondasi yang menentukan baik-buruknya suatu perbuatan. Atas dasar apa perbuatan itu dilakukan, karena Allah, atau hal keduniawian selain-Nya.

Niat sebagai perkara yang tidak kasatmata merupakan sebuah hal yang sangat sensitif. Ketika di awal kita berbuat kebaikan murni karena Allah Ta’ala, boleh jadi tanpa kita sadari niat kita berubah saat kita melihat seseorang  sehingga timbul keinginan untuk terlihat ‘baik’ di mata orang tersebut. Salah-salah perbuatan baik tersebut pun berujung riya’ dan menjadi sia-sia.

Maka dari itu belajar menjaga ‘kestabilan’ niat di dalam hati sangatlah penting. Karena perbuatan baik sekecil apapun bisa menjadi berarti asal dengan niat yang baik pula. Apalagi kalau bukan niat karena Allah SWT.

Sebagai analogi, ada dua anak yang tengah menikmati semangkuk bakso bersama. Sebutlah mereka Budi dan Andi. Mereka memakan bakso dengan porsi yang sama dan dalam waktu yang sama pula. Akan tetapi dalam catatan langit, ternyata Budi mendapat pahala yang lebih besar dari kegiatan makan-memakan bakso tersebut.

Mengapa demikian? Hal itu karena sejak awal duduk di bangku warung bakso, Budi telah memantapkan niat di dalam hatinya bahwa ia makan bakso sebagai bekal penambah energi untuk mengaji nanti. Sedangkan Andi makan dengan lahap tanpa memedulikan niat hatinya. Maka Allah pun, memberikan ‘nilai plus’ untuk Budi atas iktikad baiknya itu.

Begitulah gambaran betapa niat merupakan yang sangat penting. Hal ini juga membuktikan bahwa islam memanglah rahamatanlilalamin, rahmat bagi seluruh penghuni alam semesta. Allah memberikan kemudahan kepada hamba-Nya untuk memperoleh pahala hanya dengan berbekal niat baik karena-Nya.

Pun sebaliknya, perbuatan baik yang bermanfaat bagi banyak orang bisa menjerumuskan si pelaku jika di dasari dengan riya’  semata. Jadi jangan asal niat, apalagi asal berbuat. Namun di atas itu semua, baik-buruk, pahala-dosa, dan diterima-tidaknya sebuah perbuatan adalah kuasa Allah semata. Kita sebagai hamba hanya bisa berusaha menjaga kebaikan di hati kecil kita agar selalu berjalan karena-Nya.

Jadi, sudahkah kita menata niat hari ini?

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button