cerpenSantri Menulis

MODAL SEORANG SANTRI ADALAH MENCINTAI ILMU

                Adalah sebuah keindahan yang tersingkap di sini? Ataukah sebuah keajaiban yang mendapat dan mengabulkan semua impian? Adakah semua itu di sini? Di sebuah tempat sederhana, kumuh dan padat penduduk ini? Mengapa semua orang berbondong-bondong masuk ke tempat ini? Rela berjejal-jelalan tidur dan mengantri dalam segala hal. Aneh sih, namanya  juga santri yaa apa saja ya ngantri. Apakah semua orang sudah kehilangan daya otaknya?

              Adalah ilham seorang remaja tanggung yang mempunyai beribu pertanyaan itu. Dia sedang menuntut ilmu di pondok pesantren pilihanya. Setelah dua tahun, ilham minta pulang dia minta izin pulang kepada mbah kyai.

          “ Mbah yai, saya mau pulang saja lah.”

          “ loh memangnya kenapa?”  Tanya beliau.

         “ Ahh rasanya sudah bebal otak saya ini.untuk menghafal dan memahamkan setengah mati. Tidak                pantas saya menuntut ilmu. Saya minta izin mau minta pulang. Boleh kan?”

       “ Jangan dulu, sabar.”

        “ Sudah mbah yai, saya sudah 2 tahun bersabar, sudah tidak kuat lagi di sini. Lebih baik saya kerja saja lah.”

        “ Sebentar ham saya  mau mengetes dulu bagaimana kemampuan menuntut ilmu.”

        “ Sudah mbah yai, saya menghafalkan setengah mati. Tetapi tetap saja tidak hafal-hafal.”

            Mbah yai kemudian masuk ke kamar, mengambil sebuah surat untuk santrinya itu. Lalu beliau menyerahkan surat tersebut kepada ilham.

       “ ini surat apa mbah yai?” Tanya ilham.

       “ owh itu surat dari ibumu waktu pertama kamu datang di pondok ini beliau menitipkan kamu dan surat ini, beliau menitipkan surat ini agar di berikan kepada kamu ketika kamu meminta pulang, bacalah!”

            Ilham menerima surat dengan perasaan senang, kemudian di bacanya sampai selesai. Saat membaca, kadang dia tersenyum sendiri, sesekali ilham diam dan merenung, dan sesekali dia sedih.

        “ Sudah kamu baca?” Tanya beliau lagi.

       “ Sudah.”

         “ Berapa kali?”

        “ Satu kali.”

        “ Tutup surat itu! Apa kata ibumu?”

        “ ibu saya berkata saya di suruh nyantri yang bener. Bapak saya sudah membelikan saya motor baru. Dll.”

         Isi surat yang panjang itu dia berhasil menceritakanya dengan lancer dan lengkap, dan tidak ada yang terlewatkan.

         “ Baca satu kali kok langsung hafal ? katanya bebal dan gak hafal-hafal, sekarang sekali baca kok langsung hafal dan bias menyampaikanya.” Kata mbah yai dengan serius.

            Ilham bingung tidak bias menjawab. Dia menganggap selama ini dirinya adalah seorang yang bodoh dan tidak punya harapan, dia bingung harus apa. Sudah berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu agama, dia merasa gagal. Tetapi membaca surat dari ibunya satu kali saja dia langsung paham dan hafal.

          Mbah yai akhirnya menjelaskan kenapa semua ini bias terjadi. Beliau mengatakan:

        “ Sebab ketika kamu membaca surat dari ibumu itu dengan keadaan perasaan gembira. Ini ibumu. Coba kalau kamu membaca syariat-syariat nabi Muhammad dengan bahagia dan bangga ini adalah nabiku, percayalah kamu sekali baca langsung hafal.”

           Nah hal tersebut banyak saudara-saudara kita atau malah kita sendiri yang tanpa sadar mengalami yang di rasakan santri dalam kisah di atas. Jawabanya adalah RASA CINTA. Kita tidak menyertakan perasaan itu di saat membaca dan mempelajari sesuatu. Sehingga kita merasa diri kita bodoh, tidak punya harapan sukses.

          Banyak orang merasa bodoh dalam pelajaran, tetapi puluhan lagu-lagu cinta hafal di luar kepala, padahal tidak mengatur waktu kusus untuk menghapalkanya.

         Bagi para guru atau pengajar, jangan mudah mengkambinghitamkan kemampuan otak para siswa dalam lemahnya menerima pelajaran. Mungkin anda tidak berhasil menanamkan RASA CINTA di hati mereka.

Trimakasih, semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi para pembaca:)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button