Uncategorized

Luasnya Akal

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang Allah SWT ciptakan. Allah SWT memberikan akal kepada manusia untuk berfikir dan membedakan antara perkara yang hak dan yang batil. Akal manusia itu umpama langit yang terbentang luas tanpa tepi.

Namun terkadang ada sesuatu yang menghalangi akal kita untuk berfikir yang diumpamakan seperti mendung yang mana mendung yang dimaksud adalah kebodohan. Begitulah gambaran betapa luasnya akal fikiran kita. Sebuah anugerah yang Allah SWT berikan kepada manusia yang diberi akal, karena dengan akal kita bisa berfikir setinggi dan seluas langit.

Sedangkan kebodohan yang timbul karena kita tidak mengetahui tentang suatu pengetahuan atau bahkan kita yang enggan untuk mencari tentang pengetahuan tersebut, membiarkan kebodohan tersebut menetap dalam akal kita sendiri. Apabila tidak dengan akal kita akan terhalangi oleh mendung dan langit seakan sempit.

Salah satunya untuk menghilangkan kebodohan yaitu dengan mencari ilmu. Ilmu sendiri yaitu mengetahui sesuatu yang sesuai dengan kenyataannya. Mengetahui suatu pengetahuan pasti membutuhkan proses yang mana proses tersebut berkumpul sedikit demi sedikit.

Misalnya seperti mengetahui tentang Iman dan Islam, sekilas membahas Iman adalah menyembah Allah, mendekatkan kita kesurga dan menjauhkan kita dari neraka. Dan Islam adalah tunduk dan patuh secara dhohir dan batin kepada ajaran Rosulullah SAW dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Melihat secara dekat dengan kesadaran penuh dan rasa memuji kepada Allah SWT ketika kita mendengarkan kicauan burung, ranting-ranting yang bergesekan, daun-daun yang bergoyang dan hembusan angin yang menerpa yang mana hakikatnya sedang bertasbih dan berdzikir kepada Allah SWT, dan saat itu juga akal dan fikiran kita berjalan.

Tidak jarang dari kita menganggurkan apa yang kita punya termasuk akal. Seolah tidak ingin bergerak dan memanfaatkan akal yang kita punya dan lebih memilih untuk tetap bersarang pada ketidaktahuan kita. Sisi lain kita sadar dengan apa yang harus kita lakukan namun belum juga tergerak dari diri kita sendiri untuk memanfaatkan akal kita sendiri.

Mulai dari sekarang gerak dan manfaatkan akal sesuai ketetapannya, karena menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya termasuk perbuatan dholim pada diri sendiri.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button